Hati yang Keras

27/08/2023| IslamWeb

Dikala rasa kepedulian kepada penderitaan dan kebutuhan orang lain punah dari jiwa seseorang, dan dikala rasa kasih mulai hilang dari hatinya, maka hatinya akan diisi oleh kekerasan. Ia akan berubah seperti batu yang tidak akan mengalirkan kebaikan apa pun, bahkan bisa jadi lebih keras lagi dari batu, karena di antara batu-batu yang keras pun masih ada yang terbelah lalu memberikan air yang tawar dan jernih dari dalamnya, tidak seperti pemilik hati yang keras, relung jiwanya telah mengering dari segala hasrat memberi.

Sebagian orang ada yang sudah sampai kepada keadaan seperti ini. Keadaan yang tidak kenal sifat kasih. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—telah menyeru Bani Israil terkait kondisi ini dalam firman-Nya (yang artinya): "Kemudian setelah itu, hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai darinya, dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air darinya, dan di antaranya sungguh ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kalian kerjakan." [QS. Al-Baqarah: 74]

Di antara bebatuan masih ada yang mengeluarkan suatu untuk diberikan kepada makhluk sekitarnya, berbeda dengan hati mereka ini yang tidak pernah tersentuh melihat kondisi sehebat apa pun. Hati mereka tetap dalam kekerasan dan kesombongan.

Kemudian Allah menjelaskan penyebab kerasnya hati orang-orang Ahli Kitab ini dalam firman–Nya (yang artinya): "Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Kitab kepada mereka, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik." [QS. Al-Hadîd: 16]

Semua umat yang terlalu panjang angan-angan, tercebur ke dalam dunia kenikmatan yang bergelimang dosa, maksiat, dan kefasikan, serta lupa kepada Tuhan-Nya, pasti hati mereka akan keras; tidak mau tunduk kepada Allah dan kebenaran yang diturunkan-Nya. Dengan kondisi seperti ini, mereka akan semakin jauh dari sifat kasih, dan hati mereka pun semakin keras dari hari ke hari.

Tatkala hati umat manusia semakin keras, maka solusi terakhir untuk mengobati penyakit itu adalah turunnya penyakit dan berbagai musibah untuk mengembalikan mereka kepada Allah, agar mereka kembali tunduk dengan penuh kehinaan dan penyesalan, demi mendapatkan rahmat-Nya. Apabila hati mereka tidak juga berubah dengan solusi itu, maka yang akan datang kepada mereka adalah kebinasaan, sesuai dengan sunnatullah (ketetapan Allah), setelah dibukakannya segala bentuk kenikmatan dan kesejahteraan untuk mereka. Ketika mereka sudah terlena dengan segala kenikmatan dan perhiasan dunia itu, datanglah azab Allah, sebagaimana diterangkan dalam firman–Nya (yang artinya): "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum engkau, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan Syetan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami-pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, lalu ketika itu mereka pun terdiam berputus asa. Maka orang-orang yang lalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam." [QS. Al-An`âm: 42-45]

Hati yang sudah terlalu keras tidak akan mau lembut dengan mengingat Allah, bahkan ia akan terus berpaling dan bertambah keras ketika diingatkan kepada Allah. Para pemilik hati seperti inilah yang akan mendapatkan kebinasaan yang besar, sebagaimana firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—(yang artinya): "Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam sehingga mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu berada dalam kesesatan yang nyata. Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu, Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya." [QS. Az-Zumar: 22-23]

Sesungguhnya orang-orang yang berhati keras seperti ini merupakan orang yang paling jauh dari Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam, "Janganlah kalian banyak berbicara yang bukan (dalam rangka) zikir mengingat Allah. Karena banyak bicara yang bukan (dalam rangka) zikir akan membuat hati keras. Sementara hati yang paling jauh dari Allah adalah hati yang keras."

Sesungguhnya kehangatan iman mampu mematangkan hati, lalu melunakkan dan melembutkannya. Apabila ia diisi dengan amal shalih, banyak berzikir, serta selalu merasa diawasi oleh keadilan, karunia, dan kekuasaan Allah kepada semua makhluk-Nya maka ia akan menjadi lunak dan khusyuk. Dan tatkala hati sudah sampai pada fase ini, maka ia akan memancarkan sifat kasih.

Tetapi apabila nilai-nilai keimanan ini telah hilang dari hati, ia akan terperangkap di dalam gelapnya kesesatan, maksiat, dan dosa, kemudian ia pun menjadi keras dan sombong. Sungguh itu merupakan sebuah azab yang paling dahsyat. Namun anehnya, orang yang berhati seperti ini tidak pernah merasakan bahwa ia sedang dihukum oleh Allah. Alangkah beratnya hukuman seperti ini, sebagaimana didinggung oleh Malik ibnu Dinar dalam sebuah ungkapannya: "Tidak ada hukuman yang lebih berat menimpa seorang hamba daripada kerasnya hati. Dan tidaklah Allah murka kepada suatu kaum melainkan akan Dia cabut sifat kasih dari hati mereka."

Adapun penyebab utama kerasnya hati mereka adalah sebagaimana yang dikabarkan oleh Allah ketika menyebutkan penyebab dikeraskannya hati Bani Israil (yang artinya): "(Tetapi) karena mereka melanggar janji mereka, Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang telah diperingatkan sebelumnya, dan engkau (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." [QS. Al-Mâ'idah: 13]

Jadi, perbuatan maksiat, melanggar perintah Allah, dan melanggar janji-janji telah membuat mereka tersingkir jauh dari Allah. Lalu mereka semakin jauh dari rahmat Allah sehingga hati mereka menjadi keras membatu.

Hati-hatilah, wahai saudaraku, dari segala hal yang menyebabkan kerasnya hati. Apabila Anda merasakan bahwa hati Anda mulai keras, usaplah kepala anak yatim, berilah makan orang-orang miskin, perbanyaklah zikir menyebut Allah, dan mintalah kepada–Nya agar hati Anda sembuh dari penyakit ini.

Semoga Allah melembutkan hati kita semua, serta menjauhkannya dari kondisi keras membatu. Dan semoga shalawat dan salam selalu tercurah untuk makhluk yang paling pengasih, yaitu Nabi Muhammad—Shallallâhu `alaihi wasallam, beserta keluarga dan para shahabat beliau.

 

 

www.islamweb.net