Generasi Salaf Bersama Orangtua Mereka

29/06/2025| IslamWeb

Segala puji bagi Allah yang telah memerintahkan untuk berbakti dan melarang durhaka kepada orangtua, semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad, yang jujur dan terpercaya. Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada beliau, keluarga beliau, shahabat-shahabat beliau dan orang-orang yang meneladani mereka hingga Hari Kiamat.

Di zaman kita sekarang ini banyak terjadi kedurhakaan kepada orangtua. Muncul orang-orang yang meneriaki ayah dan ibunya, melirik mereka dengan penuh amarah, menghina dan memandang remeh mereka, bahkan memukul dan mengusir mereka dari rumahnya atau rumah mereka.

Orang-orang seperti di atas telah melanggar perintah Allah yang menyuruh untuk berbakti dan berbuat baik kepada kedua orangtua, berterimakasih dan menghormati mereka. Bahkan Allah menyandingkan perintah beribadah hanya kepada-Nya semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan perintah berbakti kepada kedua orangtua. Dia berfirman (yang artinya): “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kalian jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kalian berbakti kepada ibu bapak kalian dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang dari keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaan kalian maka sekali-kali janganlah kalian berkata kepada keduanya perkataan "ah", dan janganlah kalian membentak mereka, tetapi ucapkanlah kepada mereka perkataan-perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua mendidik aku di waktu kecil’.” [QS. Al-Isra': 23-24].

Ali Ibn Abi Thalib  may  Allaah  be  pleased  with  them berkata, “Kalaulah kedurkahan kepada orangtua itu ada yang lebih rendah dari sekedar kata ‘ah’ niscaya Allah akan mengharamkannya.”

Allah juga menyandingkan antara perintah bersyukur kepada-Nya dan perintah berterimakasih kepada mereka berdua. Allah berfirman (yang artinya): “Bersyukurlah padaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” [QS. Luqman: 14] “Dan Kami wajibkan manusia untuk berbakti kepada dua orang ibu- bapaknya...” [QS. Al-`Ankabut: 8].

Nabi  may  Allaah  exalt  his  mention menggolongkan durhaka kepada orangtua sebagai salah satu dosa yang paling besar, bahkan beliau menyandingkannya dengan kesyirikan kepada Allah. Beliau bersabda: “Tidakkah aku beritakan kepada kalian dosa-dosa yang paling besar? (beliau mengucap kata-kata ini tiga kali): Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orangtua. Ketika itu beliau sedang (berdiri) bersandar (pada tongkat) kemudian duduk dan bersabda: ‘Dan juga perkataan palsu dan juga sumpah palsu.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim].

Seorang laki-laki mendatangi Nabi  may  Allaah  exalt  his  mention dan bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan paling baik dariku?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Ia bertanya lagi: “Lalu siapa lagi?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Ia bertanya lagi: “Lalu siapa lagi?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Ia bertanya lagi: “Lalu siapa lagi?” Beliau menjawab: “Ayahmu.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim].

Nabi  may  Allaah  exalt  his  mention juga bersabda: “Sungguh ia sangat hina, sungguh ia sangat hina, sungguh ia sangat hina!” Kemudian beliau ditanya: “Siapakah itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Seorang yang mendapatkan kedua atau salah satu dari orangtuanya pada umur lanjut kemudian ia tidak masuk Surga (karena tidak berbakti kepada mereka).” [HR. Muslim].

Bahkan Nabi  may  Allaah  exalt  his  mention menjadikan berbakti kepada kedua orangtua termasuk sebab-sebab diampuninya dosa. Diriwayatkan dari Ibnu `Umar  may  Allaah  be  pleased  with  them ia berkata, “Seorang lelaki mendatangi Nabi  may  Allaah  exalt  his  mention dan berkata: ‘Saya telah melakukan dosa yang sangat besar, apakah masih terbuka pintu taubat bagi saya?” Beliau lantas bertanya: “Apakah ibumu masih hidup?” Laki-laki itu menjawab: “Tidak.” Beliau bertanya lagi: “Apakah engkau mempunyai khâlah (saudara perempuan ibu)?” “Ya”, jawabnya. Lalu beliau bersabda: “Kalau begitu, berbaktilah kepadanya.” [HR. At-Tirmidzi. Menurut Al-Albani: Shahih]. Dalam riwayat Al-Hakim dan Ibnu Hibban, pertanyaan Rasulullah ialah: “Apakah kedua orangtuamu masih hidup.”

Adab-Adab Islam Kepada Orangtua

Meskipun ayat-ayat dan hadits-hadits tentang berbakti kepada orangtua sangat banyak namun sayang sekali banyak orang yang tidak tahu bagaimana seharusnya ia beradab kepada orangtuanya, tidak mengerti bagaimana seharusnya antusias mereka dalam berbakti dan berbuat baik kepada keduanya. Maka Andapun melihat seseorang telah durhaka kepada orangtuanya tanpa ia sadari. Maka orang-orang seperti ini harus mempelajari adab-adab Islam dalam mempergauli orangtua. Di antara adab-adab tersebut ialah:

1.    Mengetahui betapa besarnya hak mereka dan tingginya kedudukan mereka di dalam Islam.

2.    Bersikap santun ketika berbicara dengan mereka, bertutur kata yang lembut, memilih kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang sopan ketika berbicara dengan mereka.

3.    Menaati mereka dalam segala perkara selama bukan perkara maksiat, dan membujuk mereka dengan santun dalam permintaan-permintaan mereka yang tak mampu dilakukan supaya tidak menjadi sebab kemarahan mereka.

4.    Memasukkan rasa bahagia di hati mereka, baik dengan cara memberi hadiah, pemberian, berkunjung, atau menyampaikan kabar gembira kepada mereka.

5.    Merawat kesehatan fisik, mental maupun sosial mereka dengan baik setelah mereka berumur lajut.

6.    Mengajari dan menasihati mereka dengan kasih sayang, lemah lembut, penuh kesabaran, pelan-pelan dan tidak berkeluh kesah.

7.    Sering mengunjungi mereka atau menghubungi mereka melalui telepon, setiap hari kalau bisa.

8.    Mengucapkan salam ketika mendatangi atau meninggalkan mereka, dan dianjurkan untuk mencium tangan dan kepala mereka.

9.    Sopan ketika berbicara dengan mereka, jangan sekali-kali menyebut orangtua dengan mengatakan: “Si uban” atau “Si tua bangka telah datang”, dan sebutan-sebutan merendahkan lainnya, karena hal ini termasuk ejekan—Na`udzubillah.

10. Menjaga hak-hak mereka, harta benda dan barang-barang milik mereka, tidak mengambil apapun darinya tanpa seizin mereka.

11. Berkonsultasi dengan mereka dalam perkara-perkara penting dan mengamalkan nasihat mereka.

12. Banyak berdoa dan beristighfar untuk mereka.

13. Hindari mengganggu tidur mereka dan berlemah lembut ketika membangunkan mereka.

14. Jangan mendahului mereka dalam berjalan, atau keluar-masuk mendahului mereka.

15. Jangan berbaring atau menyelonjorkan kaki di hadapan mereka, ataupun duduk di tempat yang lebih tinggi dari mereka.

16. Membayarkan hutang mereka, bersedekah, menunaikan haji dan umrah untuk mereka.

17. Mengutamakan mereka dengan makanan dan minuman yang baik dan tidak mendahului mereka mengambil makanan atau minuman.

18. Menghormati sahabat mereka baik semasa hidup atau setelah meninggal dunia.

19. Berhati-hati jangan sampai mencela atau menyakiti mereka meskipun dengan cara bercanda.

20. Menyimak dengan seksama pembicaraan mereka, tidak memutuskan omongannya dan menyambut pembicaraan mereka dengan penuh keingintahuan dan perhatian.

21. Menampilkan kebanggaan diri terhadap mereka dan kebanggaan menjadi anak mereka, meskipun mereka tergolong miskin.

22. Memberi mereka nafkah jika membutuhkan.

23. Tidak mendahulukan istri atas mereka dan tidak membiarkannya mencela mereka di hadapan dirinya maupun ketika ia sedang tidak d rumah.

24. Melaksanakan wasiat mereka dan menyambung tali silaturrahmi mereka.25. Mengunjungi kerabat mereka setelah mereka meninggal dan selalu memohonkan rahmat bagi mereka.

Kisah-Kisah Seputar Berbakti Kepada Orangtua

1.    Diriwayatkan dari Abu Murrah, ia berkata: Abu Hurairah  may  Allaah  be  pleased  with  them setiap kali hendak keluar dari rumahnya ia berdiri di dekat pintu lalu berkata:

Assalamu `alaiki—wahai ibundaku—wa rahmatullahi wa barakatuh.”

Kemudian sang ibu menjawab: “Wa `alaikas salam—wahai putraku—wa rahmatullahi wa barakatuh.”

Abu Hurairah berkata lagi: “Semoga Allah merahmati Anda sebagaimana Anda mendidik saya di waktu kecil.”

Lalu sang ibu menjawab: “Semoga Allah merahmatimu sebagaimana engkau berbakti padaku di waktu aku tua.”

Ketika hendak masuk rumah Abû Hurairah juga mengucapkan perkataan yang sama.

2.    Diriwayatkan dari `Aisyah  may  Allaah  be  pleased  with  them ia berkata: “Ada dua lelaki shahabat Rasulullah  may  Allaah  exalt  his  mention di Umat ini yang paling berbakti kepada ibu mereka, yaitu: `Utsman Ibn `Affan dan Haritsah Ibn An-Nu`man  may  Allaah  be  pleased  with  her berdua.”

Adapun Utsman, ia berkata: “Aku tidak mampu menatap wajah ibuku (selalu menundukkan muka) semenjak aku masuk Islam.”

Adapun Haritsah, ia menyisir rambut ibunya, menyuapinya maka, dan tak pernah sekalipun menanyakan maksud semua suruhan ibunya, sampai ia bertanya kepada orang-orang yang dekat ibunya setelah ia keluar: “Apa yang ibuku inginkan?!”

3.    Abu Hurairah  may  Allaah  be  pleased  with  them selalu menggendong dan menurukan ibunya dari dadanya, karena ibunya buta.

4.    Diriwayatkan dari Abdullah Ibn `Umar  may  Allaah  be  pleased  with  them bahwa seorang Arab Baduwi bertemu dengannya di jalanan Mekah, lalu Abdullah mengucap salam kepadanya lalu membantunya menaiki keledainya dan memberikannya `imamah (serban penutup kepala) di kepalanya.

Lalu Ibnu Dinar berkata: “Semoga Allah memperbaiki dirimu! Mereka itu Arab Baduwi, dan mereka telah merasa cukup dengan yang sedikit.” Lalu Abdullah Ibn `Umar berkata: “Sesungguhnya ayah orang ini sahabat Umar Ibnul Khaththab  may  Allaah  be  pleased  with  them yang ia cintai, dan sungguh aku pernah mendengar Rasulullah  may  Allaah  exalt  his  mention bersabda: ‘Sesungguhnya (di antara) sebaik-baik bakti (kepada orangtua) itu ialah anak menyambung silaturrahmi kepada keluarga sahabat yang dicintai oleh ayahnya.’[HR. Muslim].

5.    Diriwayatkan dari Abu Burdah, ia berkata: “Aku tiba di Madinah, lalu Abdullah Ibn `Umar berkata: ‘Tahukah kamu mengapa aku datang menyambutmu?’ Aku menjawab: ‘Tidak.’ Ia berkata: ‘Aku pernah mendengar Rasulullah  may  Allaah  exalt  his  mention bersabda: ‘Barang siapa ingin menyambung silaturrahmi dengan ayahnya di kuburnya maka hendaklah ia menyambung silaturrahmi dengan saudara-saudara ayahnya setelahnya.’ Dan sungguh antara ayahku—`Umar—dan ayahmu terdapat persaudaraan dan rasa saling mencintai, maka aku ingin menyambung hal itu.” [HR. Ibnu Hibban. Menurut Al-Albani: Hasan].

Saudaraku yang kucintai, hendaklah contoh-contoh yang bersinar terang di atas menjadi pembimbing bagimu untuk memuliakan dan berbakti kepada kedua orangtuamu. Janganlah engkau melupakan sabda Nabi  may  Allaah  exalt  his  mention: “Ridha Allah itu berada pada ridha kedua orangtua dan kemurkaan-Nya berada kemurkaan mereka.” [HR. Ath-Thabrani. Menurut Al-Albani: Shahih].

www.islamweb.net