Islam Web

Artikel

  1. Home
  2. Artikel
  3. POKOK BAHASAN
  4. Islam
  5. Puasa

Maaf, Tapi Anda Tidak Berpuasa

Maaf, Tapi Anda Tidak Berpuasa

Sebagian pemuda bertanya, kenapa sudah berulangkali ia masuk dan keluar bulan Ramadhan, namun ketakwaan tidak kunjung ia dapatkan, padahal ia sudah berpuasa selama sebulan penuh. Bukankah Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa." [QS. Al-Baqarah: 183]

Seharusnya puasa mendatangkan ketakwaan. Namun kenapa hal itu tidak terjadi kepada kita?

Saudaraku yang terhormat, sebelum menjawab pertanyaan ini, saya meminta maaf, karena harus mengatakan bahwa Anda sebenarnya tidak berpuasa.

Barangkali Anda akan bertanya heran, "Kenapa saya dikatakan tidak berpuasa. Padahal saya tidak makan dan minum sejak terbit fajar sampai matahari terbenam. Saya juga dengan segenap kemampuan menjauhi maksiat selama rentang waktu tersebut."

Saudaraku, pertama kali, bacalah perkataan seorang ulama besar, Ibnul Jauzi—Semoga Allah merahmatinya, mengenai puasa ini, agar Anda sadar bahwa Anda pada hakikatnya belum berpuasa. Ibnul Jauzi membagi puasa menjadi tiga jenis:

Pertama: Puasa Orang Awam Shaumul 'Awâm)

Puasa orang awam adalah menahan diri dari makan, minum, dan jimak (bersetubuh) sejak terbit fajar hingga matahari terbenam. Itu saja. Sedangkan anggota tubuhnya yang lain tidak berpuasa dari aktivitas dosa mendurhakai Allah—`Azza wajalla. Matanya tidak terjaga dari melihat dan menonton film, sinetron, dan pemandangan-pemandangan haram. Telinganya tidak berhenti mendengarkan lagu-lagu yang tidak baik. Kakinya tidak berhenti melangkah ke kafe-kafe dan kemah-kemah Ramadhan. Kemudian ia bertanya, kenapa saya tidak menjadi orang bertakwa dengan puasa saya?!

Kedua: Puasa Orang Khusus (Shaumul Khawâsh)

Puasa orang khusus adalah dengan menahan diri dari makan, minum, dan jimak sejak terbit fajar sampai matahari terbenam. Di samping itu, ia juga menjauhi maksiat sepanjang hari. Puasa jenis inilah yang akan mendatangkan ketakwaan yang dirindukan itu. Namun sangat disayangkan, para pemuda tidak pandai menjalankannya, kecuali mereka yang dirahmati Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ.

Sekarang, apakah Anda sudah yakin bahwa Anda telah berpuasa dengan benar? Hadirkanlah puasa jenis ini dalam pikiran Anda, saat kita akan memasuki bulan Ramadhan. Kemudian ikhlaskanlah niat Anda dalam mewujudkannya, agar Anda keluar dari bulan suci ini dengan kepribadian yang berbeda.

"Tunggu, mana jenis puasa ketiga? Apakah Anda lupa?," seakan-akan saya mendengar pertanyaan ini keluar dari mulut Anda.

Baiklah saudaraku, sebenarnya saya tidak lupa. Namun karena Anda yang meminta, maka mari kita lihat apakah Anda mampu melaksanakannya atau tidak? Mari kita lihat!

Ketiga: Puasa Super Khusus (Shaumu Khawâshil Khawâsh)

Puasa super khusus adalah puasa secara fisik yang juga dibarengi dengan puasa hati dari segala sesuatu selain Allah—`Azza wajalla, sehingga pelakunya tidak memikirkan apa pun selain Allah. Hatinya hanya terikat kepada Allah semata. Maksiat sama sekali tidak pernah terlintas di pikirannya. Puasa ini mesti kita usahakan dan kita wujudkan, walau hanya satu hari atau beberapa hari saja. Semoga Allah membantu dan mengaruniakan taufik (bimbingan)-Nya kepada kita semua.

[Sumber: www.islammemo.cc]

Artikel Terkait