Islam Web

Artikel

  1. Home
  2. Jalan Menuju Surga

Kesabaran Adalah Jalan ke Surga

Kesabaran Adalah Jalan ke Surga

Oleh: Dr. Jamal Al-Marakibi

Segala puji bagi Allah dan shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—beserta keluarga dan para shahabat beliau.

Ramadan adalah bulan kesabaran, dan ganjaran kesabaran adalah Surga. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya): "Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhan mereka, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya." [QS. Al-Baqarah: 45-46]

Allah—Subhânahu wata`âlâ—juga berfirman (yang artinya): "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." [QS. Al-Baqarah: 153]

Mujahid berkata, "Sabar yang dimaksud di dalam ayat ini adalah puasa. Dan berdasarkan ayat ini pula, Ramadan disebut sebagai bulan kesabaran. Dengan demikian, kata puasa dan shalat begitu selaras disebutkan dalam ayat ini, karena puasa berfungsi menekan gejolak syahwat dan membuat seseorang zuhud di dunia, sementara shalat melahirkan kekhusyukan, menolak kesombongan, dan mendorong orang untuk mencintai Akhirat."

Makna ini juga diperkuat oleh hadist shahîh bahwa Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Berpuasalah di bulan kesabaran dan tiga hari pada setiap bulan."

Ramadan adalah bulan kesabaran. Karena orang yang berpuasa di bulan ini bersabar dalam melakukan ketaatan, dan bersabar dalam meninggalkan maksiat. Setiap orang harus menahan dirinya dari segala bentuk kebolehan yang biasanya ia nikmati di luar bulan Ramadan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah—`Azza wajalla, demi mewujudkan ketakwaan. Sebagaimana juga setiap orang yang berpuasa harus menahan diri dari perbuatan maksiat. Ia harus memaksa diri untuk berbuat ketaatan kepada Allah, seperti shalat malam, sedekah, silaturahim, memberi makan (hidangan berbuka), serta bersabar dalam menahan derita lapar dan dahaga.

Ramadan juga merupakan bulan jihad (perjuangan). Dan jihad adalah bagian dari kesabaran. Bahkan Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—menjalani dua peperangan pada bulan Ramadan. Dan dua peperangan itu merupakan dua peperangan terbesar yang beliau pernah geluti, yaitu Perang Badar dan penaklukkan kota Mekah (Fathu Makkah).

Para shahabat Rasulullah juga mengetahui bahwa Ramadan adalah bulan kesabaran. Kesabaran mereka begitu luar biasa dalam menanggung beban dakwah di jalan Allah, dalam menjalani jihad, dalam melakukan ketaatan kepada Allah, dalam menjauhkan diri dari maksiat, serta dalam menerima ketetapan dan ketentuan Allah—Subhânahu wata`âlâ. Kadar kesabaran para shahabat mencapai puncak tertingginya pada bulan Ramadan, bulan kesabaran.

Apa kita telah dapat memetik pelajaran seperti ini dari puasa dan qiyâm di bulan Ramadan?

Orang-orang yang bersabar akan diberikan ganjaran pahala yang tidak terhitung

Allah—Subhânahu wata`âlâ—telah menggambarkan ganjaran pahala atas perbuatan baik para hamba-Nya, serta menyediakan sebuah akhir yang mulia untuk mereka, yaitu melalui firman-Nya (yang artinya): "Barang siapa membawa amal yang baik maka ia mendapatkan (pahala) sepuluh kali lipat dari amalnya." [QS. Al-An'âm: 160]. Kemudian Allah memberikan balasan atas sedekah di jalan–Nya lebih dari ganjaran itu, sebagaimana diterangkan dalam firman-Nya (yang artinya): "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah laksana sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir ada seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." [QS. Al-Baqarah: 261]

Namun bagi orang-orang yang bersabar, Allah memberikan ganjaran pahala yang tidak terhingga. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya): "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." [QS. Az-Zumar: 10]. Sebagaimana Allah juga berfirman (yang artinya): "Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan." [QS. Asy-Syûrâ: 43]

Sebuah pendapat mengatakan bahwa makna "orang-orang yang bersabar" dalam firman Allah dalam surat Az-Zumar ayat 10 di atas adalah orang-orang yang berpuasa. Ini berdasarkan firman Allah—Subhânahu wata`âlâ—dalam sebuah Hadits Qudsi, "Puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya." [HR. Al-Bukhari]. Di sini, Allah tidak menyebutkan kadar ganjaran yang diberikan untuk puasa sebagaimana Dia juga tidak menyebutkan ganjaran terhadap kesabaran. Wallâhu a'lam.

Ganjaran orang-orang yang bersabar adalah Surga

Allah—Subhânahu wata`âlâ—mengabarkan bahwa para Malaikat-Nya memberikan salam kepada orang-orang yang bersabar di Surga atas kesabaran mereka. Allah berfirman (yang artinya): "Dan Malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu." [QS. Ar-Semoga Allah meridhainya'd: 23]

Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya): "Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) Surga dan (pakaian) sutera." [QS. Al-Insân: 12]

Allah—Subhânahu wata`âlâ—juga berfirman (yang artinya): "Mereka itulah orang yang dibalasi dengan kedudukan yang tinggi (dalam Surga) karena kesabaran mereka, dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman." [QS. Al-Furqân: 75-76]

Terdapat pula banyak hadits yang berbicara tentang hal ini. Di antaranya adalah sebagai berikut:

· Hadits yang diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy`ari—Semoga Allah meridhainya, bahwa Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Jika anak seorang hamba meninggal dunia, Allah—Subhânahu wata`âlâ—berkata kepada Malaikat-Nya, 'Apakah kalian telah mencabut nyawa anak hamba-KU? Para Malaikat menjawab, 'Ya, benar'. Lalu Allah bertanya lagi, 'Apakah kalian mengambil buah hatinya?' Malaikat menjawab, 'Ya'. Kemudian Allah berkata, 'Apa yang dikatakan oleh hamba-Ku itu?' Malaikat menjawab, 'Ia memanjatkan pujian kepada-MU dan mengucapkan kalimat istirjâ' (Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji`un)'. Kemudian Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya): 'Bangunkanlah untuk hamba-KU itu sebuah rumah di Surga dan namai dengan Bait Al-Hamd (rumah pujian)." [HR. At-Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Hibbân; Menurut Al-Albâni: hasan]

· Hadits yang diriwayatkan dari Anas—Semoga Allah meridhainya, Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman: 'Jika Aku menguji hamba-Ku dengan (kehilangan) dua penglihatannya dan ia bersabar, maka Aku akan mengganti keduanya dengan Surga'." [HR. Al-Bukhari]

· Sabda Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam, "Allah—`Azza wajalla—berfirman: 'Apabila Aku mengambil dua mata hamba-Ku di dunia, kemudian ia bersabar atas kehilangan itu, tidak ada balasan baginya melainkan Surga." [HR. At-Tirmidzi; Menurut Al-Albâni: shahîh]

· Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah—Semoga Allah meridhainya, bahwa Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Allah—`Azza wajalla—berfirman: 'Siapa yang Aku hilangkan dua matanya, lalu ia bersabar, maka Aku tidak merelakan ganjaran baginya selain Surga'." [HR. At-Tirmidzi; Menurut Al-Albâni: shahîh]

· Hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah Ibnu Umar—Semoga Allah meridhainya, bahwa Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Sesungguhnya apabila ada seorang hamba yang kehilangan sahabat karibnya (meninggal dunia) dari penduduk dunia, lalu ia bersabar dan mengharapkan ganjaran pahala di sisi Allah, maka Allah tidak merelakan ganjaran baginya selain Surga." [HR. Abû Dâwûd; Menurut Al-Albâni: hasan]

· Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah—Semoga Allah meridhainya, bahwa Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Allah—`Azza wajalla—berfirman: 'Tidak adalah ganjaran bagi hamba-Ku yang beriman apabila Aku mencabut nyawa orang yang dicintainya dari kalangan penduduk dunia, lalu ia bersabar dan mengharapkan ganjaran pahala, (tidak ada ganjaran baginya) selain balasan Surga'." [HR. Al-Bukhari]

· Hadits yang diriwayatkan dari 'Athâ` Ibnu Abi RabâhSemoga Allah meridhainya, bahwa ia berkata, "Ibnu Abbas—Semoga Allah meridhainya—berkata kepadaku, 'Apakah engkau mau aku tunjukkan wanita penghuni Surga? Aku berkata, 'Tentu'. Lalu ia berkata, 'Wanita tersebut adalah wanita berkulit hitam yang datang kepada Nabi seraya berkata, 'Wahai Rasulullah, aku menderita penyakit ayan dan tatkala penyakit itu menimpaku, auratku biasanya terbuka, doakanlah agar Allah memberikan kesembuhan'. Nabi berkata, 'Jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu. Atau jika engkau mau engkau bisa bersabar menangung penyakit tersebut, dan engkau akan mendapatkan ganjaran Surga'. Wanita itu menjawab, 'Kalau begitu, Aku pilih bersabar, agar aku mendapatkan Surga. Tetapi doakan agar ketika penyakit itu menimpaku, auratku tidak terbuka'. Lalu Nabi pun mendoakannya. Dan saat penyakitnya kambuh, auratnya tidak terbuka." [HR. Ahmad]

Dan di dalam riwayat Imam Al-Bukhari dari 'Athâ` disebutkan bahwa ia melihat Ummu Zafar, yaitu wanita bertubuh jangkung dan berkulit hitam itu, sedang berpegangan pada kain penutup Ka'bah.

· Hadits yang diriwayatkan dari 'Atha Ibnu Yasâr, bahwa Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Apabila seorang hamba menderita sakit, Allah mengirimkan kepadanya dua Malaikat seraya berfirman: 'Perhatikan apa yang dikatakan hambaku kepada orang-orang yang menjenguknya?' Jika si hamba itu memuji dan mengagungkan Allah ketika para penjenguknya datang, dua Malaikat itu datang mengabarkan kepada Allah—dan Allah Maha Mengetahui hal itu, lalu Allah berkata, 'Aku berjanji kepada hamba-Ku itu bahwa jika Aku mewafatkannya, Aku akan memasukkannya ke dalam Surga, dan jika Aku menyembuhkannya, Aku akan mengganti dagingnya dengan daging yang lebih baik, dan aku akan mengganti darahnya dengan darah yang lebih baik pula, serta Aku ampuni dosa-dosanya." [HR. Malik; Menurut Al-Albâni: hasan lighairih]

Kesabaran Di Dalam Al-Quran

Ibnul Qayyim menyebutkan di dalam kitab "'Uddatu Ash-Shâbirîn" bahwa Imam Ahmad—Semoga Allah merahmatinya—berkata, "Allah menyebut 'kesabaran' di sembilan puluh tempat di dalam Al-Quran."

Dan berikut ini kami akan menyebutkan beberapa bentuk ayat yang berkaitan tentang kesabaran itu, yaitu:

1. Berupa perintah untuk bersabar. Itu terdapat dalam firman-firman Allah—Subhânahu wata`âlâ—(yang artinya):

· "Bersabarlah (hai Muhammad), dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah." [QS. An-Nahl: 127];

· "Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu." [QS. Ath-Thûr: 48];

· "Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian, dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian), dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung." [QS. Âli `Imrân: 200]

2. Berupa larangan dari perbuatan yang bertentang dengan kesabaran. Itu tercantum dalam firman-firman Allah—Subhânahu wata`âlâ—(yang artinya):

· ".dan janganlah engkau meminta disegerakan (azab) bagi mereka." [QS. Al-Ahqâf: 35];

· "Janganlah kalian bersikap lemah, dan janganlah (pula) kalian bersedih hati." [QS. Âli 'Imrân: 139];

· ".dan janganlah engkau seperti orang yang berada dalam perut ikan (Yunus) ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya)." [QS. Al-Qalam: 48]

Secara umum, ayat-ayat di atas berisi larangan dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan kesabaran.

3. Mengaitkan keberhasilan dengan kesabaran. Hal itu tercantum dalam firman Allah—Subhânahu wata`âlâ—(yang artinya): "Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian, dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian), dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung." [QS. Âli `Imrân: 200]

4. Berita tentang berlipat gandanya pahala bagi orang yang bersabar. Hal itu terdapat dalam firman Allah—Subhânahu wata`âlâ—(yang artinya): "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." [QS. Az-Zumar: 10]

Sulaiman Ibnul Qasim berkata, "Setiap amalan diketahui ganjaran pahalanya kecuali kesabaran. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya): 'Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.' [QS. Az-Zumar: 10]. Yakni laksana air yang tercurah."

5. Mengaitkan kepemimpinan dalam Agama dengan kesabaran. Hal itu terdapat dalam firman Allah—Subhânahu wata`âlâ—(yang artinya): "Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami." [QS. As-Sajdah: 24]. Artinya, dengan sabar dan keyakinan, derajat kepemimpinan dapat diraih

6. Menerangkan bahwa hamba-hamba yang bersabar mendapatkan kebersamaan dengan Allah—Subhânahu wata`âlâ. Hal itu tercantum dalam firman Allah—Subhânahu wata`âlâ—(yang artinya): "Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." [QS. Al-Baqarah: 153]

Abu 'Ali Ad-Dhaqqaq berkata, "Orang-orang bersabar akan meraih kejayaan di dunia dan Akhirat, karena mereka mendapatkan kebersamaan Allah—Subhânahu wata`âlâ."

7. Menerangkan bahwa orang-orang yang bersabar mendapatkan tiga ganjaran yang tidak didapatkan oleh selain mereka. Yakni keberkatan, rahmat, dan hidayah (petunjuk) dari Allah—Subhânahu wata`âlâ. Hal itu tercantum dalam firman Allah—Subhânahu wata`âlâ—(yang artinya): "… Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, 'Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji'ûn'. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." [QS. Al-Baqarah: 155-157]

Seorang ulama salaf pernah berkata—tatkala orang-orang bertakziah menghiburnya ketika ia mendapat musibah, "Bagaimana mungkin aku tidak bersabar, padahal Allah telah menjanjikan kepadaku tiga hal yang masing-masingnya lebih baik dari dunia dan seisinya."

8. Allah—Subhânahu wata`âlâ—menjadikan kesabaran sebagai penolong dan senjata. Hal itu terdapat dalam firman-Nya (yang artinya): "Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat." [QS. Al-Baqarah: 45]. Jadi, siapa saja yang tidak memiliki kesabaran, sesungguhnya tidak ada penolong baginya.

9. Allah—Subhânahu wata`âlâ—menjadikan kesabaran dan ketakwaan sebagai prasyarat kemenangan. Hal itu tercantum dalam firman-Nya (yang artinya): "Ya (cukup), jika kalian bersabar dan bertakwa, dan mereka datang menyerang kalian dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kalian dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda." [QS. Âli 'Imrân: 125]. Oleh sebab itu, Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Ketahuilah bahwa kemenangan itu adalah bersama kesabaran."

10. Allah—Subhânahu wata`âlâ—menjadikan kesabaran dan ketakwaan sebagai perisai yang kuat dari segala makar dan tipu daya musuh. Tidak ada perisai yang lebih hebat dibandingkan kesabaran dan ketakwaan. Hal itu tercantum dalam firman-Nya (yang artinya): "Jika kalian bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak akan mendatangkan kemudaratan (bahaya) kepada kalian." [QS. Âli 'Imrân: 120]

11. Allah—Subhânahu wata`âlâ—mengabarkan bahwa para Malaikat-Nya memberi salam kepada orang-orang yang sabar. Hal itu termaktub dalam firman-Nya (yang artinya): "…sedang Malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): 'Salâmun 'alaikum bimâ shabartum'. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu." [QS. Ar-Semoga Allah meridhainya`d: 23-24]

12. Allah—Subhânahu wata`âlâ—membolehkan hamba-Nya untuk membalas sebanding dengan siksaan yang mereka terima. Lalu Allah bersumpah secara tegas bahwa kesabaran mereka lebih baik bagi mereka. Hal itu tercantum dalam firman-Nya (yang artinya): "Dan jika kalian memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepada kalian. Akan tetapi jika kalian bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar." [QS. An-Nahl: 126]

Renungkanlah betapa kuatnya penegasan dari Allah dalam ayat ini, dengan menggunakan sumpah yang diawali dengan huruf 'Wâw' dan 'Lâm', lalu kembali menggunakan huruf 'Lâm' di dalam kalimat berikutnya.

13. Allah—Subhânahu wata`âlâ—memberikan ampunan dan ganjaran yang besar atas kesabaran dan amal shalih. Hal itu termaktub dalam firman-Nya (yang artinya): "Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal shalih; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar." [QS. Hûd: 11]

14. Allah—Subhânahu wata`âlâ—menjadikan kesabaran atas musibah sebagai sesuatu yang diutamakan (agung). Hal itu termaktub dalam firman-Nya (yang artinya): "Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan." [QS. Asy-Syûrâ: 43]

Disebutkan pula di dalam Al-Quran bahwa Luqman berkata kepada anaknya (yang artinya): "Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan." [QS. Luqmân: 17]

15. Allah—Subhânahu wata`âlâ—menjanjikan kemenangan dan kejayaan kepada orang-orang mukmin sebagai titah-Nya yang telah ditetapkan untuk mereka. Dan Allah mengabarkan bahwa kemenangan itu hanya bisa dicapai dengan kesabaran. Hal itu tercantum dalam firman-Nya (yang artinya): "Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka." [QS. Al-A'râf: 137]

16. Allah—Subhânahu wata`âlâ—menjadikan sifat sebagai syarat mendapatkan kecintaan-Nya. Hal itu tercantum dalam firman-Nya (yang artinya): "Allah menyukai orang-orang yang sabar." [QS. Âli 'Imrân: 146]

17. Allah—Subhânahu wata`âlâ—menyampaikan di dua tempat di dalam Al-Quran bahwa kebaikan itu tidak akan didapatkan kecuali oleh orang-orang yang bersabar. Pertama, di dalam surat Al-Qashash di dalam kisah Qarun, yaitu ketika orang-orang yang berilmu berkata kepada orang-orang yang berharap mendapatkan hal yang sama dengan apa yang dimiliki Qarun (yang artinya) "Kecelakaan yang besarlah bagi kalian, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar." [QS. Al-Qashash: 80]

Yang kedua, di dalam surah Fushshilat, ketika Allah memerintahkan hamba-Nya untuk membalas kejahatan dengan cara yang lebih baik, sehingga apabila ia melakukan itu, niscaya orang yang memusuhinya seolah-olah menjadi teman yang sangat setia. Setekah itu, Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya): "Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar, dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar." [QS. Fushshilat: 35]

18. Allah—Subhânahu wata`âlâ—mengabarkan bahwa hanya orang-orang yang bersabarlah yang bisa mengambil manfaat dari ayat-ayat-Nya dan menjadikannya sebagai nasihat. Hal itu terdapat dalam firman-Nya (yang artinya): "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah'. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang yang penyabar dan banyak bersyukur." [QS. Ibrâhîm: 5]

Juga dalam firman-Nya (yang artinya): "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah kapal-kapal (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung. Jika mau, Dia akan menghentikan angin, sehingga jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan)-Nya bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur." [QS. Asy-Syûrâ: 32-33]. Firman Allah ini menunjukkan bahwa orang-orang bersabar dan bersyukurlah yang dapat mengambil manfaat dari ayat-ayat-Nya.

19. Allah memuji hamba-Nya Ayyub dengan pujian yang sangat baik karena kesabarannya. Hal itu tercantum dalam firman-Nya (yang artinya): "Sesungguhnya Kami dapati ia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya ia amat taat (kepada Tuhannya)." [QS. Shâd: 44]

Allah memanggil Ayyub dengan sebutan sebaik-baik hamba karena kesabarannya. Ini menunjukkan bahwa siapa saja yang tidak bisa bersabar ketika mendapat musibah, berarti adalah seburuk-buruk hamba.

20. Allah—Subhânahu wata`âlâ—menetapkan secara umum bahwa kerugian itu akan menimpa siapa saja yang tidak beriman, tidak bersabar, dan tidak berpegang kepada kebenaran. Artinya selain mereka itu, tidak akan ada yang mendapatkan keberuntungan. Hal itu tercantum dalam firman-Nya (yang artinya): "Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran, dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran." [QS. Al-'Ashr: 1-3]

Oleh karena itu, Imam Asy-Syâfi'i berkata, "Seandainya setiap orang merenungkan ayat ini, sesunguhnya itu sudah cukup bagi mereka. Karena sesungguhnya kesempurnaan seorang hamba terletak pada kesempurnaan dua kekuatannya, yakni kekuatan ilmu dan kekuatan amal. Dan bentuk dari kedua kekuatan itu adalah keimanan dan amal shalih. Sebagaimana ia perlu menyempurnakan dirinya, ia juga perlu menyempurnakan orang lain, yaitu saling nasihat-menasihati dalam menaati kebenaran dan kesabaran."

21. Allah—Subhânahu wata`âlâ—menyebut golongan kanan sebagai orang-orang yang bersabar dan saling berkasih sayang. Yakni orang-orang yang menjalankan dua sifat itu, dan saling berwasiat kepada orang lain untuk juga menjalankannya. Hal itu tercantum dalam firman-Nya (yang artinya): "Dan ia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan (saling nasihat) untuk berkasih sayang. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling nasihat itu) adalah golongan kanan." [QS. Al-Balad: 17-18]

Ini merupakan pengkhususan bagi golongan kanan, yaitu orang-orang yang merealisasikan dua sifat ini. Terkait dua sifat itu, manusia terbagi kepada empat golongan, dan mereka (golongan kanan) itu adalah golongan terbaik. Sedangkan yang terburuk adalah orang-orang yang tidak memiliki kesabaran dan kasih sayang sama sekali. Disusul kemudian oleh orang yang memiliki kesabaran tetapi tidak memiliki kasih sayang. Dan selanjutnya adalah orang yang memiliki kasih sayang tetapi tidak memiliki kesabaran.

22. Allah—Subhânahu wata`âlâ—menyandingkan kesabaran dengan rukun-rukun Islam dan seluruh tingkatan keimanan. Misalnya adalah sebagai berikut:

· Allah menyandingkan kesabaran dengan shalat, yaitu dalam firman-Nya (yang artinya): "Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat." [QS. Al-Baqarah: 45]

· Allah menyandingkan kesabaran dengan amal shalih secara umum, seperti dalam firman-Nya (yang artinya): "Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal shalih; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar." [QS. Hûd: 11]

· Allah menyandingkan kesabaran dengan sifat takwa, seperti dalam firman-Nya (yang artinya): "Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik." [QS. Yûsuf: 90]

· Allah menyandingkan kesabaran dengan kesyukuran, seperti dalam firman-Nya (yang artinya): "Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur." [QS. Ibrâhîm: 5]

· Allah menyandingkan kesabaran dengan kasing sayang, seperti dalam firman-Nya (yang artinya): "Dan ia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang." [QS. Al-Balad: 17]

· Allah menyandingkan kesabaran dengan keyakinan, seperti dalam firman-Nya (yang artinya): "Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami." [QS. As-Sajdah: 24]

· Allah menyandingkan kesabaran dengan kejujuran, seperti dalam firman-Nya (yang artinya): "…Laki-laki dan perempuan yang benar (jujur), laki-laki dan perempuan yang sabar." [QS. Al-Ahzâb: 35]

· Allah juga menjadikan kesabaran sebagai faktor yang melahirkan kecintaan dan kebersamaan dengan-Nya, serta pertolongan dan ganjaran yang baik dari-Nya. Dan cukuplah itu sebagai kemuliaan dan keutamaan. Wallâhu a'lam.

[Sumber: Majalah "At-Tauhid"]

Artikel Terkait