Islam Web

Artikel

  1. Home
  2. Artikel
  3. ADAB ISLAM
  4. Zikir

Zikir

Zikir

Zikir merupakan sifat agung yang menjadi mata air tempat para hamba menimba bekal perjalanan. Ia adalah komoditi niaga para hamba yang mengenal Tuhan-Nya. Ia tidak ubahnya laksana taman tempat mereka selalu berkunjung. Ia juga adalah ibarat surat sakti dari Penguasa Semesta, siapa yang memilikinya berarti sukses meraih restu-Nya, dan siapa yang tidak memilikinya berarti dijauhkan dari pertolongan-Nya.

Zikir adalah makanan pokok hati para hamba sejati. Bila ia tiada, hati pun merasakan tubuh laksana kuburan yang nihil kehidupan. Ia adalah cahaya penebar semarak di rumah mereka. Bila ia tiada, mereka merasakan rumah telah menjadi puing-puing tanpa arti. Ia adalah senjata yang mereka pakai menghadapi para penyamun di jalan kehidupan. Bagi mereka, ia adalah air pelepas dahaga perjalanan, obat berbagai penyakit di dalam hidup. Bila ia tiada, hati mereka terasa gersang dan mati. Ia laksana tali penyambung antara mereka dengan Dzat Yang Mahatahu.

Dengan zikir, mereka menghadapi segala marabahaya dan kesulitan. Dengan zikir pula, segala musibah terasa ringan di hati mereka. Bila petaka datang menyelimuti, mereka menyandarkan diri ke haribaan zikir. Bila musibah menerjang, mereka larikan diri ke pangkuannya. Zikir menjadi taman indah tempat mereka bertamasya. Zikir menjadi modal perniagaan mereka untuk meraih bahagia.

Zikir membuat hati yang sedih menjadi tertawa bahagia. Tali komunikasi pun terbentang dengan Dzat yang diingat dalam zikir. Bahkan membuat pelakunya terus diingat oleh-Nya.

Setiap bagian anggota tubuh memiliki ibadahnya masing-masing dalam waktu terbatas. Tetapi zikir adalah ibadah hati dan lidah yang tidak terbatas waktu. Setiap hamba diperintahkan untuk mengingat Tuhan dan Kekasih mereka dalam segala kondisi, mulai dari duduk, berdiri, hingga bahkan dalam kondisi berbaring. Bila Surga adalah tanah tempat zikir menjadi rumput hijaunya, begitu pula hati, laksana puing-puing berserakan yang membutuhkan hati untuk menata dan menjadi pondasinya.

Zikir adalah pengasah cahaya kalbu. Ia adalah obat hati saat ia diselimuti oleh debu-debu penyakit. Semakin tenggelam seorang hamba dalam zikirnya, semakin bertambah kecintaan dan rasa rindunya kepada Dzat yang ia ingat. Bila hatinya berjalan seiring dengan lidahnya saat mengeja zikir, ia akan lupa dengan segala yang ada di sekelilingnya. Baginya, penjagaan Allah terhadapnya adalah segalanya. Dan zikir sudah menjadi pengganti segala hal baginya. Zikir menghilangkan semua penyumbat di telinganya, mengusir kebisuan dari lidahnya, menyibak kegelapan dari matanya.

Dengan zikir, Allah menghiasi lidah para hamba-Nya, sebagaimana Dia menghiasi mata manusia dengan cahaya. Karena itu, lidah yang lalai dari zikir tidak ubahnya laksana mata yang buta, telinga yang tuli, dan tangan yang lumpuh.

Zikir adalah pintu gerbang besar yang Allah sediakan bagi para hamba-Nya untuk datang menemui-Nya. Ia tetap terbuka lebar selama sang hamba sendiri tidak menutupnya dengan kelalaian. Al-Hasan Al-Bashri berkata, "Carilah kemanisan iman dalam tiga hal: shalat, zikir, dan tilawah Al-Quran. Bila kalian tidak menemukannya di sana, ketahuilah bahwa itu artinya pintu telah tertutup."

Faedah-faedah Zikir

Dalam kitab "Al-Wâbil Ash-Shayyib", Imam Ibnul Qayyim—Semoga Allah merahmatinya—menyebutkan lebih dari tujuh puluh faedah zikir. Di antaranya adalah sebagai berikut:

· Zikir mengusir dan mengekang Syetan, mengundang ridha Allah, menghilangkan rasa galau dan kesedihan, serta mendatangkan rasa gembira dan bahagia di dalam hati;

· Zikir menguatkan hati dan badan, menjernihkan muka, serta mendatangkan rezeki;

· Zikir membuat seorang hamba berwibawa, menarik, dan bermuka cerah. Ia menumbuhkan cinta yang merupakan ruh dan sumbu ajaran Islam, sekaligus poros kebahagiaan dan keselamatan;

· Zikir melahirkan rasa selalu diawasi oleh Allah (murâqabah), sehingga mengantarkan seorang hamba ke pintu ihsân, yaitu menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya. Zikir juga mendekatkan hamba kepada Tuhannya. Semakin kuat zikir seorang hamba, semakin dekat ia dengan Tuhan-Nya. Semakin lalai ia, semakin jauh pula ia dari Tuhan-Nya;

· Zikir membuat seorang hamba juga diingat oleh Allah, sebagaimana Allah nyatakan dalam firman-Nya (yang artinya): "Maka ingatlah Aku, niscaya Aku akan mengingat kalian pula." [QS. Al-Baqarah: 152]. Dan dalam sebuah hadits Qudsi, Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): "Jika ia (hamba-Ku) mengingatku di dalam dirinya, Aku pun akan mengingatnya di dalam diri-Ku. Dan jika ia mengingat-Ku di sebuah majelis, Aku pun akan mengingatnya di majelis yang lebih baik dari itu."

· Zikir membuat hati menjadi hidup, sebagaimana disebutkan oleh Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyyah—Semoga Allah merahmatinya, "Zikir bagi hati ibarat air bagi ikan. Bagaimana gerangan kondisi ikan bila berpisah dengan air?";

· Zikir membersihkan hati dari karat-karatnya. Setiap sesuatu memiliki karat, dan karat hati adalah kelalaian dan hawa nafsu. Sementara pembersihnya adalah zikir, tobat, dan istigfar;

· Zikir menggugurkan dan menghilangkan dosa-dosa, karena ia adalah salah satu amal kebaikan yang paling mulia, sementara amal kebaikan menghapuskan dosa-dosa. Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Barang siapa yang dalam sehari semalam mengucapkan zikir 'Subhânallâhi wabihamdihi' sebanyak seratus kali niscaya diampuni dosa-dosanya, meskipun sebanyak buih di lautan." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

· Zikir adalah sebab turunnya rahmat Allah dan ketenangan, sebagaimana sabda Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam, "Tidaklah suatu kaum berkumpul di sebuah rumah Allah lalu mereka membaca kitab Allah dan mempelajarinya bersama-sama, melainkan akan turun kepada mereka ketenangan, rahmat Allah akan menyelimuti mereka, para Malaikat akan menaungi mereka, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka bersama makhluk yang ada di sisi-Nya." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

· Zikir membuat lidah tidak sempat melakukan ghibah (gunjing), mengadu domba, berbohong, berkata-kata kotor, dan mengucapkan hal-hal yang tidak benar. Barang siapa yang membiasakan lidahnya mengingat Allah niscaya akan bersih dari kata-kata yang tidak benar dan ucapan yang tidak berguna. Dan barang siapa yang lidahnya kering dari zikir niscaya akan basah oleh semua yang batil, kekejian, dan kekotoran, walâ haula walâ quwwata illâ billâh.

· Zikir kelak akan menjadi tanaman di Surga, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Jabir—Semoga Allah meridhainya, bahwa Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Barang siapa yang mengucapkan 'Subhânallahil `azhîm wa bihamdihi' biscaya akan ditanamkan untuknya sebuah pohon kurma di Surga."

· Buah yang dihasilkannya tidak bisa dihasilkan dengan amalan-amalan yang lain. Sebuah hadits diriwayatkan dari Abu Hurairah—Semoga Allah meridhainya, bahwa Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Barang siapa mengucapkan 'Lâ ilâha illallâh wahdahu lâ syarîka lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli syay-in qadîr' (tidak ada Tuhan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia-lah yang Mahakuasa atas segala sesuatu) dalam sehari sebanyak 100 kali, niscaya ia mendapat pahala seperti memerdekakan sepuluh orang budak, dicatat untuknya 100 kebaikan, dihapus darinya 100 kejelekan, dan ia akan terlindung dari Syetan pada siang hingga sore harinya, serta tidak ada yang lebih mulia darinya kecuali orang yang membacanya lebih banyak dari itu." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

· Senantiasa berzikir mengingat Allah berarti menjaga diri dari kemungkinan lupa kepada-Nya. Lupa kepada Allah Allah merupakan sebab kesengsaraan seorang hamba di dunia dan Akhirat. Karena melupakan Tuhan mengakibatkan manusia lupa kepada dirinya sendiri dan berbagai kemaslahatan dirinya. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): "Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." [QS. Al-Hasyr:19]

Dan apabila seorang hamba lupa kepada dirinya sendiri, ia pasti akan mengabaikan semua kemaslahatan dirinya, sehingga ia akhirnya celaka dan binasa. Ibarat orang yang memiliki kebun atau binatang ternak atau sejenisnya yang seharusnya diperhatikan dan dirawat, tetapi ia justru melalaikan dan melupakannya. Akibatnya, kebun dan ternaknya pasti akan binasa.

· Zikir adalah obat bagi kesatnya hati. Seorang laki-laki pernah berkata kepada Al-Hasan, "Wahai Abu Sa`id, aku mengadukan kepadamu kekesatan hatiku." Al-Hasan menjawab, "Lunakkanlah ia dengan zikir." Al-Makhul juga pernah berkata, "Zikir mengingat Allah adalah obat, sedangkan mengingat manusia adalah penyakit."

· Zikir membuat Allah dan para Malaikatnya bershalawat untuk pelakunya. Dan barang siapa yang mendapatkan shalawat dari Allah dan para Malaikat berarti telah meraih keberuntungan yang sangat besar. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): "Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah yang bershalawat (memberi rahmat) kepada kalian dan juga para Malaikat-Nya (memohonkan ampunan untuk kalian), supaya Dia mengeluarkan kalian dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman." [QS. Al-Ahzâb: 41-43]

· Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—membangga-banggakan orang-orang yang berzikir di hadapan para Malaikat-Nya, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Sa`id Al-Khudri—Semoga Allah meridhainya, ia berkata, "Pada suatu ketika, Muawiyah mendatangi suatu halaqah (majelis) di dalam Mesjid, lalu ia berkata kepada mereka, 'Apa yang membuat kalian duduk bersama dalam majelis ini?' Mereka menjawab, 'Kami duduk untuk berzikir mengingat Allah'. Ia berkata, 'Demi Allah, apakah tidak ada hal lain yang membuat kalian duduk di sini selain itu?' Mereka menjawab, 'Demi Allah, tidak ada yang membuat kami duduk di sini kecuali itu'. Ia kemudian berkata, 'Sesungguhnya aku meminta kalian bersumpah bukan karena menuduh kalian berbohong. Tidak ada seorang pun yang mempunyai kedekatan dengan Rasulullah seperti aku ini yang lebih sedikit meriwayatkan hadits beliau daripada aku. Sesungguhnya Rasululah—Shallallâhu `alaihi wasallam—suatu ketika mendatangi sebuah halaqah para shahabat beliau, lalu beliau bertanya, 'Apa yang membuat kalian duduk bersama dalam majelis ini?' Mereka menjawab, 'Kami duduk untuk berzikir mengingat Allah dan memuji-Nya karena telah memberi hidayah keislaman kepada kami serta telah mengaruniakan Anda untuk kami'. Beliau berkata, 'Demi Allah, apakah tidak ada hal lain yang membuat kalian duduk di sini selain itu?' Mereka menjawab, 'Demi Allah, tidak ada yang membuat kami duduk di sini kecuali itu'. Beliau kemudian bersabda, 'Sesungguhnya aku meminta kalian bersumpah bukan karena menuduh kalian berbohong. Tetapi tadi Malaikat Jibril datang kepadaku mengabarkan bahwa Allah membangga-banggakan kalian di hadapan para Malaikat'." [HR. Muslim]

· Seluruh amalan di dalam Islam disyariatkan semata-mata adalah untuk menghidupkan zikir. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): "Dan dirikanlah Shalat untuk mengingat-Ku." [QS. Thâhâ: 14]. Maksudnya, untuk menghidupkan zikir mengingat-Ku. Syaikhul Islâm berkata tentang firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—(yang artinya): "Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar." [QS. Al-`Ankabût: 45], "Yang benar, makna ayat ini adalah bahwa shalat mengandung dua tujuan yang agung, yang satu lebih agung dari yang lain. Shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Tetapi kandungan zikir yang ada di dalam shalat itu lebih agung daripada khasiatnya mencegah perbuatan yang keji dan mungkar."

· Senantiasa berzikir dapat menggantikan posisi ketaatan-ketaatan yang lain, sementara semua ibadah sunnah yang lain tidak bisa menggantikan zikir. Hal itu dijelaskan dengan gamblang dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah—Semoga Allah meridhainya, bahwa pada suatu hari, para fakir miskin dari kalangan shahabat mendatangi Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—lalu berkata, "Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah mendahului kami dengan membawa derajat-derajat yang tinggi dan kenikmatan yang abadi. Mereka shalat sebagaimana kami juga shalat, mereka berpuasa sebagaiman kami juga berpuasa, tapi mereka memiliki kelebihan dengan harta mereka, sehingga dengan itu, mereka bisa melaksanakan haji, umrah, dan berjihad." Lalu Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Maukah kalian aku ajarkan sesuatu yang dengannya kalian bisa menyusul orang-orang yang mendahului kalian sekaligus meninggalkan orang-orang yang di belakang kalian, dan tidak ada seorang pun yang lebih baik dari kalian, kecuali mereka yang juga mencontoh amalan kalian?" Para shahabat tersebut dengan antusias menjawab, "Tentu, wahai Rasulullah." Rasulullah lalu bersabda, "Bertasbih, bertakbir, dan bertahmidlah kalian pada setiap kali selesai shalat." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

Diriwayatkan pula dari Abdullah ibnu Mas`ud—Semoga Allah meridhainya, bahwa ia berkata, "Sungguh jika aku bertasbih beberapa kali tasbih lebih aku sukai daripada mengifakkan uang dinar sejumlah itu di jalan Allah."

· Zikir memberikan kekuatan di hati dan fisik pelakunya, sehingga dengan zikir, ia bisa melakukan apa yang diyakini tidak bisa ia lakukan tanpanya. Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—mengajarkan putri beliau dan suaminya, Fatimah dan Ali—Semoga Allah meridhai mereka—supaya mengucapkan tasbih sebanyak 33 kali, tahmid 33 kali, dan takbir 33 kali setiap malam apabila sudah bersiap untuk tidur di pembaringan mereka. Itu beliau ajarkan kepada mereka ketika Fatimah meminta diberi seorang pembantu sekaligus mengadukan kesulitannya membuat adonan, bekerja, sekaligus melayani suaminya. Rasulullah mengatakan, "Sesungguhnya (zikir-zikir) itu lebih baik bagi kalian berdua daripada seorang pembantu." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]. Kemudian disebutkan bahwa barang siapa yang membiasakan zikir tersebut niscaya akan memperoleh kekuatan dalam hari yang ia lalui, sehingga ia tidak lagi membutuhkan seorang pembantu.

· Banyak berzikir membuat seorang hamba aman dari sifat munafik. Karena orang-orang munafik sedikit berzikir mengingat Allah. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—menggambarkan sifat orang-orang munafik dalam firman-Nya (yang artinya): "Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali hanya sedikit." [QS. An-Nisâ': 142]

· Ka`ab berkata, "Barang siapa yang banyak berzikir niscaya terbebas dari kemunafikan." Karena itulah—Wallâhu a`lam—Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—menutup surat Al-Munâfiqûn dengan firman-Nya (yang artinya): "Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta kalian dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi." [QS. Al-Munâfiqûn:9]

· Zikir mengandung kelezatan yang tidak bisa disamai oleh apa pun. Jika tidak ada balasan zikir yang didapatkan oleh seorang hamba selain kelezatan dan kenikmatan yang dirasakan oleh hatinya, niscaya itu sudah cukup baginya. Oleh karena itulah mengapa majelis-majelis zikir disebut dengan taman Surga.

Malik ibnu Dinar berkata, "Tidak ada kenikmatan yang lebih tinggi dirasakan oleh seseorang daripada kenikmatan zikir."

· Banyak berzikir berarti memperbanyak saksi yang akan menguatkan seorang hamba kelak di hari Kiamat.

· Zikir lebih afdhal daripada doa, karena zikir berarti mengingat Allah, sementara doa adalah meminta kebutuhan kepada-Nya, dan tentu saja sangat jauh berbeda antara dua hal itu. Selain itu, zikir juga membuat doa menjadi mustajab (dikabulkan oleh Allah). Doa yang didahului oleh zikir dan pujian kepada Allah lebih afdhal dan lebih dekat kepada pengabulan daripada sekedar doa (tanpa zikir).

Macam-macam Zikir:

1. Menyanjung Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—dengan menyebut nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Misalnya dengan mengucapkan: "Subhânallâh", "Alhamdulillâh", dan "Lâ ilâha illallâh".

2. Mengabarkan (memberitahu orang lain) tentang Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berdasarkan nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Misalnya mengatakan: "Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—Maha mendengar suara para hamba-Nya dan Maha melihat semua gerak mereka."

3. Menyebutkan perintah dan larangan Allah. Misalnya dengan mengatakan: "Sesungguhnya Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—memerintahkan perbuatan ini dan melarang perbuatan ini."

4. Menyebut berbagai karunia dan kebaikan-Nya.

Zikir bisa dilakukan dengan hati atau dengan lidah. Sebaik-baik zikir adalah yang sejalan antara hati dengan lidah. Dan zikir dengan hati lebih afdhal daripada zikir dengan lidah.

Artikel Terkait