Islam Web

  1. Ramadhan
  2. Puasa

Renungan untuk Setiap Muslimah yang Bertemu Ramadhan

Renungan untuk Setiap Muslimah yang Bertemu Ramadhan

Oleh: Abdul Malik Al-Qasim

Segala puji bagi Allah yang telah mempertemukan kita dengan bulan yang agung ini. Kita berdoa, semoga Allah membantu kita untuk membaguskan puasa dan shalat di dalamnya serta mengampuni kelalaian dan kesalahan kita, sebagaimana Dia telah mempertemukan kita dengannya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah beserta keluarga dan para shahabat beliau.

Tulisan ini hanyalah sebuah pesan singkat yang penulis buat dengan tergesa-gesa untuk saudari-saudari muslimah. Di dalamnya, penulis memaparkan beberapa renungan. Penulis berdoa semoga Allah memberkatinya walaupun sedikit, dan menjadikannya bermanfaat. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa.

Renungan Pertama

Penulis mengingatkan kepada Anda tentang asal (alasan) penciptaan manusia dan sebab kejadiannya. Allah—`Azza wajalla—berfirman (yang artinya): "Dan Aku tidak menciptakan Jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." [QS. Adz-Dzâriyât: 56]

Imam An-Nawawi mengatakan, "Ini adalah pernyataan bahwa mereka diciptakan untuk beribadah. Maka sudah sepantasnya mereka memperhatikan tujuan penciptaan mereka, dan menjauhi kesenangan dunia dengan bersikap zuhud. Sesungguhnya dunia hanyalah tempat yang fana, bukan tempat yang kekal. Ia adalah kendaraan penyeberangan, bukan tempat tinggal abadi. Ia adalah proyek yang akan terputus, bukan tempat berdiam yang kekal."

Saudari muslimah, renungilah karunia Allah—Tabâraka wata`âlâ, seperti yang disinyalir dalam firman-Nya (yang artinya): "…dan jika kalian menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kalian menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." [QS. Ibrâhîm: 34]

Nikmat Allah yang paling agung dan paling tinggi adalah nikmat Islam. Betapa banyak manusia yang hidup di muka bumi ini yang tidak dikaruniai nikmat untuk bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya. Ini adalah karunia yang Allah berikan kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya.

Pujilah Allah—`Azza wajalla—atas nikmat hidayah dan taufik yang diberikannya kepada Anda. Betapa banyak wanita yang mengaku memeluk Islam, namun mereka melanggar ajarannya, baik lahir maupun batin, melalaikan kewajibannya, serta larut dalam maksiat dan dosa. Ya Allah, bagi-Mulah segala pujian.

Anda wahai saudariku, berada dalam limpahan nikmat Allah—`Azza wajalla, hidup di negeri yang aman, dikaruniakan rezeki yang luas dan badan yang sehat. Hendaklah Anda mengungkapkan syukur Anda melalui perkataan dan perbuatan. Bentuk syukur yang paling agung adalah menaati Allah—`Azza wajalla—dalam perintah-Nya dan larangan-Nya. Ketahuilah, sesungguhnya nikmat akan kekal dengan syukur, sebagaimana disinyalir dalam firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—(yang artinya): "Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu memaklumkan: 'Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian'." [QS. Ibrâhîm: 7]

Ketahuilah bahwa hak Allah lebih banyak daripada apa yang bisa ditunaikan oleh manusia. Nikmat-Nya pun demikian banyak, sehingga tidak bisa dihitung. Tetapi, yang harus Anda lakukan adalah selalu dalam keadaan bertobat setiap pagi dan petang.

Renungan Kedua

Di antara nikmat Allah—Tabâraka wata`âlâ—kepada Anda adalah bahwa Dia telah memanjangkan usia Anda dan mempertemukan Anda dengan bulan yang agung ini. Betapa banyak kematian memisahkan sepasang sahabat. Betapa banyak tanah menimbun orang terkasih. Sesungguhnya panjang umur dan usia adalah kesempatan untuk menambah bekal ketaatan dan mendekatkan diri kepada Allah—`Azza wajalla—dengan amal shalih.

Modal seorang muslim adalah umurnya. Oleh sebab itu, jagalah umur dan waktu Anda agar tidak terbuang sia-sia. Ingatlah orang yang mungkin sempat berpuasa dan melaksanakan shalat Hari Raya bersama Anda pada tahun yang lalu. Ia di mana sekarang, setelah kematian menjemputnya? Bayangkanlah, seandainya pada hari ini ia kembali ke dunia, apa yang akan ia lakukan? Apakah ia akan bersegera pergi piknik atau melancong? Atau pergi ke pasar dan tempat rekreasi? Atau pergi berkumpul dengan teman-temannya? Tidak! Demi Allah, ia pasti akan berusaha mencari walaupun hanya satu kebaikan. Sesungguhnya timbangan Akhirat sangat ketat, amal sebesar atom pun akan dihitung di dalamnya. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya): "Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat biji zarrah-pun, niscaya ia akan melihat (balasan)-nya, dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar biji zarrah-pun, niscaya ia akan melihat (balasan)-nya pula." [QS. Az-Zalzalah: 7-8]

Berusahalah agar Anda punya andil dalam mengamalkan hadits Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam: "Pergunakanlah masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa senggangmu sebelum datang masa sibukmu, dan hidupmu sebelum datang matimu."

Berusahalah agar Anda menjadi manusia terbaik sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah—Semoga Allah meridhainya, bahwa seseorang berkata kepada Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam, "Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling baik?" beliau bersabda, "Orang yang panjang usianya dan bagus amalannya." Orang itu berkata, "Siapakah manusia yang paling jahat?" Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Orang yang panjang umurnya dan buruk amalannya." [HR. Muslim]

Renungan Ketiga

Kita wajib mengikhlaskan niat kita dan berlaku jujur dalam menghadap Allah—Azza wajalla. Waspadailah pintu-pintu riya dan sum`ah ketika Anda melakukan ketaatan. Sesungguhnya kedua hal itu adalah penyakit yang akan memusnahkan amal. Sembunyikanlah kebaikan Anda sebagaimana Anda menyembunyikan keburukan dan aib Anda. Buatlah sebuah amalan yang tidak diketahui kecuali oleh Allah—`Azza wajalla, seperti shalat sunnah, air mata di kegelapan malam, atau sedekah secara diam-diam. Ingatlah sesungguhnya Allah—`Azza wajalla—tidak menerima amalan kecuali dari orang-orang yang bertakwa. Oleh sebab itu, giatlah dalam menggapai ketakwaan itu. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya): "Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa." [QS. Al-Mâ'idah: 27]

Janganlah Anda termasuk golongan orang-orang yang enggan masuk Surga, sebagaimana yang diingatkan oleh Baginda Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam. Beliau bersabda, "Setiap umatku akan masuk Surga, kecuali orang yang enggan (memasukinya)." Para shahabat bertanya, "Siapakah yang enggan, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "Siapa yang mentaatiku akan masuk Surga dan siapa yang mendurhakaiku berarti telah enggan (masuk Surga)." [HR. Al-Bukhâri]

Renungan Keempat

Biasakanlah diri Anda berzikir mengingat Allah—Tabârka wata`âlâ—setiap saat dan keadaan. Jadikanlah lidah Anda basah dengan menyebut nama-nya. Jagalah selalu doa-doa yang yang diajarkan oleh Syariat. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya):

·         "Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah mengingat Allah dengan zikir yang sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang." [QS. Al-Ahzâb: 41-42];

·         "Laki-laki yang banyak berzikir mengingat Allah dan juga perempuan yang berzikir, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." [QS. Al-Ahzâb: 35];

'Aisyah—Semoga Allah meridhainya—berkata, "Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—selalu berzikir menyebut nama Allah dalam setiap waktu beliau." [HR. Muslim];

Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—juga bersabda, "Menanglah para 'mufarridûn'." Para shahabat bertanya, "Siapakah 'mufarridûn' itu, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "Laki-laki yang banyak berzikir mengingat Allah serta perempuan yang juga berzikir." [HR. Muslim]

Ibnul Qayyim—Semoga Allah merahmatinya—berkata, "Secara umum, jika seorang hamba berpaling dari Allah—Subhânahu wata`âlâ—dan sibuk dengan maksiat, ia akan kehilangan masa hidupnya yang hakiki, dan ia akan menyadari akibat kelalaiannya itu saat ia kelak mengatakan (yang artinya): "Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal shalih) untuk hidupku." [QS. Al-Fajr: 24]

Saudari muslimah, sesungguhnya tidak akan ada orang yang akan mendirikan shalat, berpuasa, dan melaksanakan ibadah lainnya untuk Anda setelah Anda meninggal. Karena itu, bersegeralah memperbanyak zikir mengingat Allah—`Azza wajalla, serta mengumpulkan bekal ketaatan dan ibadah.

Renungan Kelima

Bacalah Al-Quran setiap hari. Bila Anda menetapkan jadwal membaca Al-Quran sebanyak satu juz setiap selesai shalat, berarti dalam satu hari, Anda bisa membacanya sebanyak lima juz. Ini adalah sebuah karunia besar dari Allah. Sebagian orang, di awal bulan yang mulia ini terlihat penuh semangat, lalu seiring dengan perjalanan waktu, semangatnya pun kendur. Bahkan setelah itu, ia tidak lagi membaca Al-Quran dalam sehari atau dua hari.

Terdapat banyak riwayat yang berisi kabar gembira tentang keutamaan membaca Al-Quran. Di antaranya:

·         Sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abdullah ibnu Mas`ûd—Semoga Allah meridhainya, bahwa Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Barang siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullâh, maka ia mendapat satu kebaikan; dan setiap kebaikan dilipatgandakan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf." [HR. At-Tirmdzi];

·         Sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas—Semoga Allah meridhainya, bahwa Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Sesungguhnya orang yang tidak ada di dalam dadanya Al-Quran sedikit pun sama dengan rumah yang roboh." [HR. At-Tirmdzi];

·         Sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Umâmah Al-Bâhili—Semoga Allah meridhainya, bahwa ia mendengar Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Bacalah Al-Quran, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari Kiamat nanti sebagai penolong bagi pembacanya." [HR. Muslim]


Karena itu, saudariku yang diberkati Allah, Anda harus memiliki kemauan yang kuat untuk membaca Al-Quran, bahkan harus menghafal ayat-ayat yang bisa Anda hafal, serta mengulangi hafalan yang Anda lupa. Karena dalam ayat-ayat Allah—Subhânahu wata`âlâ—terdapat nasihat, pelajaran, hukum-hukum, arahan, serta ganjaran dan pahala.

Renungan Keenam

Ramadhan adalah kesempatan besar untuk berdakwah menyeru orang lain ke jalan Allah. Oleh sebab itu, dekatkanlah diri Anda kepada-Nya pada bulan mulia ini dengan mendakwahi karib kerabat, tetangga, dan orang-orang yang Anda kasihi melalui buku-buku, kaset, nasihat, dan arahan. Jangan biarkan satu hari berlalu tanpa memberikan kontribusi dalam dakwah. Sesungguhnya dakwah adalah misi para nabi, rasul-rasul, para dai, dan para tokoh perbaikan umat. Hendaklah Anda ikut berandil dalam dakwah pada bulan ini. Sesungguhnya pada bulan ini, jiwa-jiwa manusia merasa kehausan, hati terbuka, dan ganjaran pahala dilipatgandakan. Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Demi Allah, jika Allah menunjuki satu orang saja melalui perantaraanmu, itu lebih baik bagimu daripada unta terbaik (humrun na`am)." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

Hasan Al-Bashri berkata, "Maqam (kedudukan) dakwah ke jalan Allah adalah maqam terbaik bagi hamba."

Renungan Ketujuh

Hindarilah majelis (pertemuan) yang sia-sia. Peliharalah lidah Anda dari bergunjing, mengadu domba, dan perkataan-perkataan yang kotor. Tahanlah ia dari semua yang mendatangkan murka Allah—Subhânahu wata`âlâ. Biasakanlah diri Anda mengucapkan sesuatu yang baik dan indah. Dan hendaklah lisan Anda senantiasa basah dengan menyebut nama Allah.

Pada tahun ini, ada kabar gembira bahwa Ramadhan akan kita lalui dalam masa libur sekolah. Ini adalah kesempatan untuk mengumpulkan bekal ketaatan dan berkonsentrasi untuk ibadah. Barangkali kesempatan tidak akan berulang. Bahkan, barangkali Anda telah wafat sebelum datang Ramadhan berikutnya. Ketahuilah, setiap hari yang dilalui oleh seorang mukmin adalah anugerah.

Sebuah hadits diriwayatkan dari Abu Hurairah—Semoga Allah meridhainya, bahwa ada dua orang laki-laki penduduk Baliy, dari suku Qudhâ`ah masuk Islam pada zaman Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam. Salah seorang dari mereka kemudian gugur sebagai syahid, dan yang satu lagi dipanjangkan usianya sampai setahun kemudian. Thalhah ibnu `Ubaidillah—Semoga Allah meridhainya—berkata, "Aku bermimpi, laki-laki yang terakhir meninggal dimasukkan ke dalam Surga sebelum temannya yang syahid itu. Aku heran dengan mimpi itu. Pada keesokan harinya, aku ceritakan hal itu kepada Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—(atau mimpi itu diceritakan kepada beliau). Beliau pun bersabda, "Bukankah setelah itu ia berpuasa Ramadhan dan shalat enam ribu rakaat? Beginilah jumlah rakaat shalat dalam setahun." [HR. Ahmad]

Renungan Kedelapan

Rumah adalah sasaran dakwah Anda yang pertama. Pertama kali, Anda harus mengendalikan dan mendidik diri Anda untuk berbuat kebaikan. Kemudian ingatkanlah orang-orang yang berada di sekitar Anda, yaitu suami Anda, saudara-saudari Anda, serta anak-anak Anda tentang keagungan bulan ini, dan doronglah mereka untuk selalu menjaga shalat dan banyak membaca Al-Quran. Jadilah Anda seorang penyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran di rumah Anda sendiri dengan perkataan yang baik dan ungkapan yang benar. Iringilah semua itu dengan doa untuk mereka agar mereka mendapatkan hidayah.

Bulan ini memang merupakan kesempatan untuk mengingatkan dan menasihati orang-orang yang lalai. Barangkali dengan begitu, Allah—`Azza wajalla—akan menunjuki orang-orang yang ada di sekitar Anda. Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Barang siapa yang menunjuki orang lain kepada kebaikan, ia juga mendapat ganjaran seperti ganjaran orang yang melakukannya." [HR. Muslim]

Renungan Kesembilan

Waspadailah pasar-pasar. Sesungguhnya pasar adalah tempat fitnah dan penghalang dari zikir mengingat Allah. Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Tempat di suatu negeri yang paling dicintai oleh Allah adalah mesjid-mesjidnya, dan tempat yang paling dibenci oleh Allah adalah pasar-pasarnya." [HR. Muslim]

Jangan samakan antara bulan yang mulia ini dengan bulan lainnya. Hati-hatilah, jangan sampai Anda dihinggapi dosa pada bulan yang agung ini hanya karena keinginan membeli pakaian atau sepatu. Bertakwalah kepada Allah untuk diri Anda dan untuk para pemuda muslim. Apa masalahnya jika Anda tidak pergi ke pasar pada bulan ini dan meniatkan itu untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah? Abdullah ibnu Mas`ûd berkata, "Tidak ada amalan yang lebih baik dilakukan oleh seorang wanita untuk mendekatkan diri kepada Allah daripada berdiam diri di rumahnya."

Renungan Kesepuluh

Umrah memiliki keutamaan yang besar, dan keutamaannya pada bulan Ramadhan semakin berlipat. Sebuah hadits diriwayatkan dari Ibnu Abbas—Semoga Allah meridhainya, bahwa ketika pulang dari menunaikan Haji Wadâ`, Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda kepada seorang wanita Anshar yang bernama Ummu Sinân, "Apa yang menghalangimu menunaikan haji bersama kami?" Ia menjawab, "Abû Fulan (suaminya) mempunyai dua ekor unta. Salah satunya ia pakai untuk pergi haji dan yang satu lagi kami gunakan untuk mengairi kebun." Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda kepadanya, "Jika datang bulan Ramadhan, tunaikanlah umrah. Sesungguhnya umrah di dalamnya menyamai (pahala) haji." Atau beliau bersabda, "menyamai (pahala) haji bersamaku." [HR. Al-Bukhâri]

Kepada wanita yang melaksanakan umrah untuk mencari pahala tapi justru menyalahi jalannya, saya ingatkan akan bahaya melakukan dosa di tanah yang suci, di bulan yang suci, dan tempat yang suci itu. Tanpa disadarinya, umrahnya menjadi jalan menuju dosa dan maksiat, dan ia kembali dalam keadaan berdosa, bukan mendapatkan pahala.

Jika Allah—Subhânahu wata`âlâ—mengaruniakan kepada Anda kesempatan menunaikan umrah, hindarilah zona-zona bahaya dan perangkap-perangkap dosa. Keluarlah dengan pakaian yang sederhana, jauh dari pandangan laki-laki, menundukkan pandangan, memakai hijab yang sesuai Syariat, serta tidak memakai niqab dan wangi-wangian. Pergilah ke Masjidil Haram dengan membayangkan keagungan mesjid ini dan keagungan Penciptanya. Ingatlah, ganjaran amal kebaikan di sana dilipatgandakan. Sebagaimana balasan keburukan di sana juga dilipatgandakan.

Renungan Kesebelas

Allah—`Azza wajalla—telah membuka pintu-pintu harta untuk kita; dan rezeki melimpah di tangan kita. Karena itu, gigihlah bersedekah, baik dengan uang, makanan, maupun pakaian.

Allah—Tabâraka wata`âlâ—memuji para hamba-Nya yang bertakwa dan menyebut mereka dengan beberapa sifat dalam firman-Nya (yang artinya): "Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar, dan di dalam harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian." [QS. Adz-Dzâriyât: 17-19]

Pada bulan yang mulia ini, Anda bisa menghimpun seluruh amal kebaikan, seperti shalat malam, istighfar, dan sedekah setiap hari. Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—mendorong kita bersedekah dalam sabda beliau, "Jauhilah Neraka walaupun hanya dengan sebelah biji kurma." [HR. Muslim]

Sebuah hadits juga diriwayatkan dari Abu Hurairah—Semoga Allah meridhainya, bahwa Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Tujuh golongan manusia yang akan dinaungi Allah di bawah naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan selain naungan-Nya." Beliau menyebutkan di antaranya: "Seseorang yang bersedekah dengan sebuah sedekah dan ia menyembunyikannya, sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

Sebagian shahabat menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah. Sebagian lagi menginfakkan separuh hartanya di jalan Allah. Oleh sebab itu, jangan biarkan Syetan membuat Anda bersifat kikir dan menghalangi Anda dari bersedekah. Namun bersegeralah untuk melakukannya.

Ini adalah seruan khusus untuk Anda, saudari muslimah. Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Wahai sekalian wanita, bersedekahlah kalian dan perbanyaklah istighfar. Karena sesungguhnya aku melihat kalian adalah penghuni Neraka yang paling banyak." [HR. Muslim]

Renungan Keduabelas

Bulan Ramadhan adalah kesempatan yang tepat bagi kita untuk meninjau, meingintrospeksi, dan memperhatikan kekurangan diri. Karena kegiatan mengevaluasi diri mengandung banyak kebaikan. Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Sesungguhnya orang yang cerdas adalah orang yang menundukkan nafsunya dan berbuat untuk kehidupan setelah mati. Sedangkan orang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya lalu berangan-angan (mendapatkan berbagai kebaikan) dari Allah." [HR. At-Tirmidzi]

Hasan Al-Bashri mengatakan, "Semoga Allah merahmati orang yang tidak diperdaya oleh banyak hal yang ia lihat dari manusia. Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau akan mati seorang diri, akan dimasukkan ke dalam kubur seorang diri, akan dibangkitkan seorang diri, dan akan dihisab seorang diri."

Ibnu `Aun berkata, "Janganlah engkau percaya diri dengan banyaknya amal, karena engkau tidak tahu apakah amal itu diterima atau tidak. Janganlah merasa aman dari dosamu, karena engkau tidak tahu apakah ia telah dihapuskan darimu atau belum. Sesungguhnya seluruh amalmu tidak ditampakkan kepadamu."

Renungan Ketigabelas

Allah—`Azza wajalla—mewajibkan berbakti kepada orang tua, menjalin hubungan dan menggauli mereka dengan baik, serta bersikap lembut kepada mereka. Bahkan Allah melarang menyakiti mereka, walaupun hanya dengan sekedar mengatakan 'cih' dan kesal kepada mereka. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman (yang artinya):

·         "Maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya Perkataan 'cih', dan janganlah engkau membentak mereka." [QS. Al-Isrâ': 23];

·         "Dan rendahkanlah dirimu di hadapan mereka berdua dengan penuh kasih sayang." [QS. Al-Isrâ': 24]

Pada suatu ketika, seorang laki-laki datang meminta izin kepada Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—untuk pergi berjihad. Salah satu amal paling mulia dalam Islam, serta mengandung resiko kesulitan dan kelelahan seperti yang kita ketahui, bahkan boleh jadi harus berkorban nyawa di dalamnya. Tapi Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda kepada laki-laki itu, "Apakah kedua orang tuamu masih hidup?" Ia menjawab, "Masih." Mendengar itu, beliau pun bersabda, "Maka berjihadlah (dengan berbakti) kepada mereka." [HR. Al-Bukhâri]

Di antara bentuk bakti pada orang tua adalah menyayangi mereka, menanyakan kondisi kesehatan mereka, membantu mereka untuk melaksanakan ketaatan, memberi mereka harta dan hadiah, membuat mereka bahagia, dan berdoa untuk mereka. Sebagian wanita terlihat enggan berbakti kepada orang tua mereka. Kita saksikan mereka lebih mengutamakan sahabat untuk diajak bercengkrama, bercerita, atau dikunjungi. Orang tua mereka justru tidak mendapatkan jatah dari kebaikan mereka itu.

Berbakti kepada orang tua adalah salah satu amal yang paling mulia. Sebuah hadits diriwayatkan dari Abdullah ibnu Mas`ûd—Semoga Allah meridhainya, ia berkata, "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam, 'Amal apakah yang paling dicintai Allah?' Beliau menjawab, 'Shalat pada waktunya'. Aku bertanya lagi, 'Kemudian apa?' Beliau menjawab, 'Berbakti kepada kedua orang tua'. Aku kembali bertanya, 'Kemudian apa?' Beliau menjawab, 'Berjihad di jalan Allah'." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

Berusahalah untuk selalu berbakti kepada kedua orang tua, mendoakan mereka, dan bersedekah untuk mereka, baik ketika mereka masih hidup maupun setelah mereka meninggal. Semoga Allah mengampuni mereka dan membalasi perbuatan Anda dengan kebaikan.

Jalinlah silaturahim dan komunikasi dengan mereka pada bulan yang mulia ini. Tapi jangan jadikan ajang silaturahim itu sebagai pintu keburukan bagi Anda, karena diisi dengan gunjing, adu domba, menghina, atau menghabiskan waktu. Jadikanlah ia sebagai wadah untuk memantau kondisi orang tua, untuk menebarkan kebaikan, untuk mengajarkan yang tidak tahu, untuk mengingatkan yang lalai, untuk mengekspresikan rasa cinta, untuk bertanya kabar satu sama lain, dan untuk membantu yang membutuhkan. Jadikanlah pertemuan itu sebagai majelis yang dihiasi dengan zikir mengingat Allah—`Azza wajalla, sehingga penuh keuntungan dan kebaikan.

Renungan Keempatbelas

Tobat, sebuah kata yang sering kita ulang-ulang dan kita dengar. Namun sangat sedikit wanita yang mengamalkannya. Bahkan—na'ûdzubillâh—sebagian wanita merasa nyaman dengan kemungkaran. Ada yang berani melakukan berbagai perbuatan yang haram, seperti mendengarkan musik-musik jahiliah, menonton penampilan laki-laki di layar televisi, dan menghabiskan waktu untuk hal-hal yang haram. Sudah sepantasnya seorang wanita muslimah bertobat dengan tulus, memadukan antara perkataan dan perbuatan. Allah—Subhânahu wata`âlâ—mendorong kita untuk bertobat dan senantiasa kembali kepada-Nya, sebagaimana diabadikan dalam firman-Nya (yang artinya):

·         "Dan bertobatlah kalian semua kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung." [QS. An-Nûr: 31];

·         "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri." [QS. Al-Baqarah: 222]

Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Setiap anak Adam mempunyai banyak kesalahan; dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah orang yang banyak bertobat." [HR. At-Tirmidzi dan Al-Hâkim]

Saudari muslimah, bersegeralah bertobat kepada Allah dari seluruh dosa dan maksiat. Bukalah lembaran baru dalam kehidupan Anda, hiasilah ia dengan ketaatan, dan ukirlah ia dengan kesungguhan untuk kembali kepada Allah—`Azza wajalla. Hisablah (hitung-hitunglah) diri Anda sebelum Anda dihisab pada hari yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya (yang artinya): "Hari di mana harta dan anak-anak tidak lagi berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." [QS. Asy-Syu`arâ': 88-89]

Ingatlah kondisi ketika Anda kelak dimandikan dengan air bidara dan air kapur, saat Anda dikafani dengan lima helai kain. Itulah perhiasan dunia yang Anda bawa mati.

Saudari muslimah, ini adalah beberapa renungan singkat yang saya tulis dengan tergesa-gesa. Jika Anda heran melihat cepatnya perputaran waktu, Anda mempunyai perhatian terhadap kehidupan Akhirat, dan Anda ingin beramal, maka janganlah lalai. Bersegeralah menuju pintu tobat, dan kembalilah kepada Allah dengan sungguh-sungguh. Katakanlah kepada diri Anda, barangkali ini adalah Ramadhan terakhir dalam hidup saya. Barangkali saya tidak akan hidup lagi tahun depan.

Jangan Anda merasa hal itu berlebihan. Bulatkanlah tekad Anda dan berjalanlah menuju Akhirat. Demi Allah, di sana, Anda akan membutuhkan walaupun hanya satu kebaikan. Hadirkanlah keagungan Tuhan Yang Mahaperkasa dan kebesaran Dzat yang menatap Anda. Ingatlah hari yang membuat anak-anak beruban karena dahsyatnya. Pikirkanlah Surga seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang bertakwa. Ingatlah pula Neraka yang bernama Lazhâ, seperti disebutkan dalam firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—(yang artinya): ".yang mengelupaskan kulit kepala, yang memanggil orang yang membelakang dan yang berpaling." [QS. Al-Ma`ârij: 16-17]

Dengan mengingat semua itu, dengan izin Allah, Anda akan menemukan energi yang membantu Anda untuk konsisten menjaga ketaatan. Jika kebanyakan usia masa lalu Anda telah Anda belanjakan untuk dunia, maka infakkanlah sisa usia Anda yang sedikit untuk Akhirat. Janganlah Anda menjadi orang yang saat didatangi kematian yang menghancurkan semua kelezatan dunia, ia mengatakan (yang artinya): "Wahai Tuhanku, kembalikanlah aku." [QS. Al-Mu'minûn: 99]. Untuk apa dikembalikan? "Agar aku berbuat amal shalih terhadap yang telah aku tinggalkan." [QS. Al-Mu'minûn: 100]

Mulailah dari sekarang. Bulatkanlah tekad. Sesungguhnya di Akhirat nanti hanya ada Surga dan Neraka, tidak ada tempat yang lain.

Mari kita berdoa kepada Allah—`Azza wajalla—dengan nama-Nya yang baik dan sifat-Nya yang mulia, agar mengembalikan bulan ini ke hadapan kita semua dalam keadaan baik dan sempurna, dan tidak menjadikan Ramadhan kali ini sebagai yang terakhir dalam hidup kita.

Ya Allah, terimalah puasa dan shalat kami, dan maafkanlah kelalaian kami. Ampunilah dosa-dosa yang telah kami perbuat dan yang belum kami perbuat. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ya Allah, karuniakanlah kepada kami penyejuk hati dari keturunan dan pasangan hidup kami. Ampunilah kami dan orang tua kami, serta seluruh kaum muslimin. Semoga shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad beserta keluarga dan para shahabat beliau.

Artikel Terkait