Islam Web

Artikel

  1. Home
  2. Artikel
  3. POKOK BAHASAN
  4. Islam
  5. Puasa

Puasa Memiliki Pintu Khusus di Surga

Puasa Memiliki Pintu Khusus di Surga

Sebuah hadits diriwayatkan dari Sahal ibnu Sa`ad—Semoga Allah meridhainya—bahwa Nabi—Shallallâhu `alaihi wa Sallam—bersabda, "Di Surga terdapat delapan pintu, di antaranya ada pintu yang bernama Ar-Rayyân. Pintu itu tidak akan dimasuki kecuali oleh orang-orang yang berpuasa." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

Sementara itu, redaksi riwayat Al-Bukhari berbunyi: "Sesungguhnya di Surga terdapat sebuah pintu bernama Ar-Rayyân yang dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa pada hari Kiamat. Tidak ada yang masuk melalui pintu itu selain mereka. Saat itu mereka dipanggil: 'Mana orang-orang yang berpuasa?' Lalu mereka bangkit memenuhi panggilan itu, dan tidak ada yang masuk melalui pintu itu selain mereka. Apabila mereka telah masuk, pintu tersebut ditutup, dan tak seorang pun yang masuk lagi." [Al-Bukhâri]

Dalam redaksi riwayat At-Tirmidzi berbunyi: "Sesungguhnya di Surga terdapat sebuah pintu yang disebut Ar-Rayyân. Orang-orang yang berpuasa dipanggil untuk memasukinya. Setiap orang yang berpuasa akan memasukinya, dan siapa yang memasukinya tidak akan pernah merasa haus selamanya." [HR. At-Tirmidzi]

Sebuah hadits diriwayatkan dari Abu Hurairah—Semoga Allah meridhainya—bahwa Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa Sallam—bersabda, "Barang siapa yang menginfakkan sepasang amalan di jalan Allah, ia akan dipanggil dari pintu-pintu Surga: 'Wahai hamba Allah, ini adalah kebaikan!' Barang siapa yang tergolong ahli shalat akan dipanggil dari Pintu Shalat, barang siapa yang ahli jihad akan dipanggil dari Pintu Jihad, barang siapa yang ahli puasa akan dipanggil dari Pintu Ar-Rayyân, dan barang siapa yang ahli sedekah akan dipanggil dari Pintu Sedekah." Lalu Abu Bakar—Semoga Allah meridhainya—bertanya, "Wahai Rasulullah, apa pentingnya bagi orang yang dipanggil dari pintu-pintu itu? Apakah ada orang yang dipanggil dari semua pintu itu?" Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa Sallam—menjawab, "Ada, dan aku berharap engkau termasuk salah seorang dari mereka." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

Dalam redaksi lain disebutkan: "Para penjaga Surga memanggilnya. Semua penjaga pintu itu memanggil, 'Wahai Fulan, kemarilah'." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

Dalam redaksi riwayat imam Ahmad disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, "Setiap pelaku amalan memiliki pintu di Surga. Setiap mereka dipanggil dengan amalan itu. Ahli puasa memiliki pintu tempat ia dipanggil bernama Ar-Rayyân." Abu Bakar—Semoga Allah meridhainya—berkata, "Wahai Rasulullah, apakah ada seseorang yang akan dipanggil dari semua pintu itu?" Rasulullah menjawab, "Ada, dan aku berharap engkau adalah salah satu dari mereka, wahai Abu Bakar." [HR. Ahmad]

Maksud pertanyaan Abu Bakar—Semoga Allah meridhainya—ketika bertanya kepada Nabi—Shallallâhu `alaihi wa Sallam—adalah bahwa seseorang yang dipanggil dari salah satu pintu Surga saja sudah cukup baginya, dan ia tidak perlu lagi dipanggil dari semua pintu, karena tujuannya masuk Surga telah tercapai. Tetapi apakah memang ada orang yang akan dipanggil dari semua pintu itu? Nabi—Shallallâhu `alaihi wa Sallam—menjawab, "Ya, ada."

Kandungan dan Hukum-hukum dalam Hadits

Pertama: Hadits ini menunjukkan keutamaan puasa, karena ia diberi sebuah pintu khusus di antara pintu-pintu Surga yang delapan.

Kedua: Pintu Ar-Rayyân adalah nama sebuah pintu di Surga. Kata Ar-Rayyân ini berasal dari kata rayy yang berarti lawan dari haus (lepas dahaga). Oleh karena orang yang berpuasa mencegah dirinya dari meminum air, sementara air adalah sesuatu yang paling dibutuhkan oleh manusia, maka tepatlah jika balasannya adalah lepas dahaga dan tidak pernah haus di Akhirat kelak.

Ketiga: Amalan-amalan yang disebutkan dalam hadits di atas, yaitu, shalat, jihad, puasa, dan sedekah memiliki pintu tersendiri di Surga. Setiap pintu dikhususkan bagi orang-orang yang merupakan ahli (pelaku) ibadah-ibadah tersebut, dalam arti amalannya yang paling banyak adalah ibadah itu.

Keempat: Setiap pintu Surga memiliki penjaga dari kalangan Malaikat yang memanggil setiap pelaku ibadah dari pintunya masing-masing sesuai dengan amal ibadah yang ia lakukan. Ini adalah bukti bahwa para Malaikat mencintai para anak cucu Adam yang shalih dan berbahagia melihat mereka. [Fathul Bârî]

Kelima: Hadits ini menjadi bukti kemuliaan Abu Bakar—Semoga Allah meridhainya—dan bahwa ia adalah orang yang akan dipanggil dari semua pintu Surga, karena ia melakukan semua amalan itu. Pengharapan Nabi—Shallallâhu `alaihi wa Sallam—terhadap Abu Bakar dalam sabda beliau: "Aku berharap engkau adalah salah seorang dari mereka" adalah suatu yang pasti akan terjadi. Dalam hadits riwayat Ibnu Abbas—Semoga Allah meridhainya—terdapat keterangan yang menjelasakan bahwa Abu Bakar dipanggil dari semua pintu Surga itu, bahkan dari semua tingkat dan kamar-kamar di dalam Surga. [HR. Ibnu Hibbân]

Keenam: Dalam hadits ini terdapat isyarat tentang sedikitnya orang yang dipanggil dari semua pintu Surga. [Fathul Bârî]

Ketujuh: Dalam hadits di atas terdapat isyarat bahwa yang dimaksud dari ibadah-ibadah di atas adalah ibadah-ibadah sunnat, bukan ibadah wajib. Karena banyak sekali orang yang melakukan semua ibadah wajib dari jenis ibadah-ibadah di atas. Dan tidak demikian halnya dengan ibadah sunnat, karena sangat sedikit orang yang melakukan semua ibadah-ibadah sunnat, sehingga berhak dipanggil dari semua pintu Surga itu. [Fathul Bârî]

Kedelapan: Dibolehkan memuji seseorang langsung di hadapannya, jika tidak dikhawatirkan muncul perasaan 'ujub dan lain-lain dalam dirinya. [Syarhun Nawawi]

Kesembilan: Dipanggilnya orang yang mengerjakan dan istiqamah dalam seluruh amal shalih di atas dari seluruh pintu Surga adalah sebuah kehormatan dan kemuliaan baginya. Akan tetapi ia tetap akan masuk dari salah satu pintu saja.

Kesepuluh: Biasanya, manusia tidak diberi taufik untuk melakukan seluruh bentuk amal kebaikan. Bila seseorang mampu melakukan suatu amal shalih, biasanya ia tidak mampu melakukan yang lain. Hanya sedikit orang yang mampu menggabungkan semua bentuk amal shalih dalam dirinya, dan Abu Bakar—Semoga Allah meridhainya—termasuk ke dalam golongan orang yang sedikit itu. [At-Tamhîd]

Kesebelas: Orang yang banyak melakukan suatu perbuatan akan dikenal dengan amal itu serta akan dinisbatkan kepadanya. Lihatlah sabda Nabi—Shallallâhu `alaihi wa Sallam: "Orang yang merupakan ahli shalat". Maksud beliau adalah orang yang banyak melakukan shalat, sehingga ia pun disbatkan kepada shalat itu. Karena kalau tidak demikian, seluruh kaum muslimin sesungguhnya berhak disebut ahli (pelaku) shalat. [At-Tamhîd]

Artikel Terkait