Islam Web

Artikel

  1. Home
  2. Artikel
  3. POKOK BAHASAN
  4. Islam
  5. Puasa

Orang yang Gagal di Bulan Ramadhan

Orang yang Gagal di Bulan Ramadhan

Segala puji bagi Allah sepanjang waktu di mana makhluk datang silih berganti, dan sepanjang musim yang terus berulang. Kita memuji Allah—Subhânahu wata`âlâ—dan bersyukur kepada-Nya dengan kesyukuran seorang mukmin yang bertakwa dan menjalankan puasa pada bulan yang agung ini. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad—Shallallâhu `alaihi wasallam, hamba dan utusan Allah yang memiliki perilaku terpuji dan akhlak yang agung. Semoga shalawat dan keberkatan dari Allah selalu menyertai beliau beserta keluarga, para shahabat beliau, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari Kiamat.

Saudaraku, telah datang kepada Anda bulan keuntungan, membawa keteduhan dan karunia, membawa keindahan dan keagungan. Ramadhan adalah tamu yang membahagiakan, dan bulan yang harum semerbak. Keutamaannya tampak begitu jelas, dan kebaikan memenuhi setiap sisinya. Tidak ada yang bisa menghitung anugerah dan kebaikan yang ada di dalamnya. Tidak ada yang bisa menghitung buahnya. Sambutlah dengan baik seruan penyeru Allah, pada saat ia menyeru: "Wahai orang yang mencari kebaikan, menghadaplah. Wahai orang yang menginginkan keburukan, berhentilah. Sesungguhnya Allah memiliki para hamba yang dibebaskan dari api Neraka (pada bulan ini)."

Demi Allah, adalah hak bagi setiap jiwa yang beriman untuk memiliki keinginan melihatnya. Adalah hak bagi hati-hati yang suci untuk merindukan kedatangannya. Demi Allah, betapa banyak orang yang ingin sampai ke bulan ini, namun ia tidak bisa meraihnya. Betapa banyak orang yang ingin bertemu dengan bulan ini, namun kematian lebih dahulu menjemputnya.

Saudaraku, kematian orang yang sudah meninggalkan kita pada hakikatnya merupakan peringatan bagi kita. Kematian itu juga sudah dekat dengan kita. Kematian mendekat, sedangkan kita tidak memiliki bekal. Kejarlah kesempatan, sebelum tobat tidak diterima lagi, sebelum kesalahan tidak dimaafkan lagi, dan sebelum seseorang tidak bisa lagi menebus dirinya dengan harta. Perlihatkanlah kepada Allah kebaikan diri Anda. Dengan kesungguhanlah, orang yang menang memperoleh kemenangan. Dengan tekad yang kuatlah, orang yang berhasil memperoleh keberhasilan. 'Aisyah—Semoga Allah meridhainya—berkata, "Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersungguh-sungguh pada bulan Ramadhan melebihi kesungguhan beliau pada bulan lainnya." [HR. Muslim]

Wahai hamba Allah, ini adalah saat untuk bersungguh-sungguh, jika Anda serius mengharap ridha Allah. Ini adalah saat beribadah, jika Anda telah bersiap. Banjir kebaikan telah tercurah, dan pintu kebaikan telah dibuka untuk orang yang menginginkannya. Sebuah hadits diriwayatkan dari Abu Hurairah—Semoga Allah meridhainya, bahwa Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Jika datang bulan Ramadhan, pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu Neraka ditutup, dan Syetan-syetan dibelenggu." [HR. Muslim]

Wahai Anda yang terbiasa dengan dosa dan kejahatan, wahai Anda yang telah melakukan dosa dan menyesalinya, bertobatlah. Di depan Anda terbentang harapan dan anugerah. Allah suka memberi dan menyayangi, suka mencurahkan karunia-Nya kepada orang-orang yang bertobat.

Wahai Anda yang ditawan oleh maksiat, bulan Ramadhan telah datang. Di sana, orang yang menderita dilepaskan dari deritanya. Di sana, orang yang berbuat jahat dibersihkan dari kejahatannya, dan pelaku maksiat dimaafkan. Janganlah Anda termasuk orang-orang yang enggan. Demi Tuhan, janganlah Anda termasuk orang-orang yang enggan.

Pada suatu ketika, Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—naik ke atas mimbar seraya berucap, "Âmîn, âmîn, âmîn." Para shahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, mengapa Anda naik ke atas mimbar seraya berucap 'Âmîn, âmîn, âmîn?'" Beliau bersabda, "Sesungguhnya (saat itu) Jibril`Alaihis salâmmendatangiku seraya berkata, 'Barang siapa yang bertemu dengan bulan Ramadhan tetapi dosa-dosanya tidak diampuni, berarti ia masuk ke dalam Neraka, lalu Allah menjauhkannya (dari rahmat-Nya). Katakanlah, 'Âmîn'.' Lalu aku pun mengatakan, 'Âmîn'." [Menurut Al-Albâni: hasan shahîh]

Saudaraku, betapa banyak Ramadhan telah kita lalui, akan tetapi kita tidak melihat perubahan besar dalam kehidupan kebanyakan kita, baik dalam peningkatan ibadah maupun dalam meninggalkan berbagai keburukan. Demi Allah, hal itu tidak lain adalah karena orang-orang yang gagal mendapatkan kebaikan Ramadhan sangat banyak. Demi Allah, orang-orang yang gagal mendapatkan kebaikan Ramadhan tidak pernah merasakan aroma dan kelezatan Ramadhan. Mereka tidak pernah merasakan kesenangan dan kenikmatan beramal shalih. Ramadhan datang silih berganti, dan kenangan yang mereka ukir bersama bulan ini hanya tidur panjang di siang hari dan bergadang dengan perbincangan yang tidak berguna pada malam hari, terlena dalam perbuatan buruk dan dosa yang berat.

Kalau pun ada amal shalih yang ia lakukan, maka yang ada hanyalah sedikit bacaan Al-Quran dan sedikit shalat, tidak sampai sepersepuluh dari waktu yang ia habiskan untuk nafsu dan syahwatnya.

Iya. Demi Allah, tidak mendapat kebaikan orang yang menyia-nyiakan malam dan siang Ramadhan untuk sesuatu yang mendatangkan murka Allah. Demi Allah, tidak mendapat kebaikan orang yang saat hari-hari Ramadhan datang dan pergi, ia hanya memiliki sedikit bekal bacaan Al-Quran. Bahkan ketika Ramadhan hampir berakhir, ia masih berusaha mengejar khatamannya yang pertama.

Demi Allah, tidak mendapat kebaikan orang yang puasanya ditolak dan amalnya dikembalikan kepadanya. Yang ia dapatkan dari puasa hanyalah lapar dan dahaga, tidak ada yang lain. Ia berpuasa dari makanan, tetapi tidak berpuasa dari memakan hal-hal yang haram, dari dosa-dosa yang hina, dari kejahatan lidah, dari bergunjing, dari mencela dan permusuhan.

Demi Allah, tidak mendapat kebaikan orang yang merasa berat melaksanakan shalat tarawih dan shalat malam. Saat kaum muslimin melaksanakn shalat, berdoa, merendahkan diri, dan menangis di hadapan Allah, ia justru asyik dalam pembicaraan sepele dan kelalaian dengan si fulan dan si fulan.

Demi Allah, tidak mendapat kebaikan Ramadhan orang yang mampu namun tidak berinfak dan mengasihi orang lain. Orang fakir tidak pernah disentuh oleh kebaikannya, tidak pernah merasakan makanan atau pun minumannya. Saat orang-orang dermawan banyak bersedekah pada bulan Ramadhan, ia justru gagal mendapatkan kebaikan, terpaku pada uang dan dunianya sendiri. Ia tidak pernah memberikan makanan berbuka untuk orang-orang yang berpuasa, tidak pernah membantu orang fakir, tidak mau menutupi kebutuhan mereka. Sangat jauh apa yang ia lakukan dari apa yang telah dicontohkan oleh Nabinya. Karena beliau adalah manusia yang paling dermawan, dan puncak kedermawanan beliau adalah pada bulan Ramadhan ini. Dalam memberikan kebaikan kepada orang lain, beliau bagaikan angin yang berhembus.

Demi Allah, tidak mendapat kebaikan orang yang pada siang hari berpuasa dan menjaga diri, tetapi pada malam hari, setelah berbuka, melepaskan pandangan dan pendengarannya untuk hal-hal yang diharamkan Allah. Ia saksikan tayangan-tayangan yang haram dan film-film yang tidak terpuji. Ia habiskan seluruh waktunya untuk menyaksikan dan mendengarkan sesuatu yang haram.

Tidak mendapatkan kebaikan Ramadhan orang yang pada saat mayoritas hari-hari Ramadhan berlalu, ia bersama keluarganya sibuk mengitari pasar dan menjelajahi setiap sudutnya.

Ketahuilah, alangkah banyaknya orang yang gagal mendapatkan kebaikan! Demi Allah, sesungguhnya mereka tidak merenungi dan memikirkan firman Tuhan mereka (yang artinya): "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertawa. (Yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu…" [QS. Al-Baqarah: 183-184]

Maha Benar Allah, Ramadhan hanyalah beberapa hari saja. Alangkah cepatnya ia berlalu, alangkah sebentar dan berharganya ia. Alangkah mahal harganya bagi orang-orang shalih. Alangkah tinggi derajatnya di hadapan Sang Penguasa Hari Kiamat. Demi Tuhan, beruntunglah orang yang telah menghidupkannya, melawan nafsu dan menyucikan jiwa. Demi Tuhan, merugilah orang yang telah mengotorinya dan menjauhkan diri dari kebaikan di dalamnya.

Ya Allah, karuniakanlah jiwa kami ketakwaan, dan sucikanlah ia, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik yang menyucikannya. Engkaulah Penguasa dan Tuhannya.

Artikel Terkait