Islam Web

Artikel

  1. Home
  2. HAJI & UMRAH
  3. Keutamaan Haji

Hadits Tentang Keutamaan Hari Arafah

Hadits Tentang Keutamaan Hari Arafah

Diriwayatkan dari Aisyah—Semoga Allah meridhainya—bahwasannya Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Tidak ada suatu hari yang Allah lebih banyak membebaskan hamba-hamba-Nya dari api neraka melainkan hari Arafah. Sesungguhnya pada hari itu Allah mendekat, lalu membanggakan mereka di hadapan para malaikat-Nya seraya berkata, 'Apa yang mereka inginkan?" [HR. Muslim]

Diriwayatkan dari Abu Hurairah—Semoga Allah meridhainya—secara marfû`, "Sesungguhnya Allah membanggakan orang-orang yang sedang wuquf di Arafah di hadapan para malaikat-Nya seraya berkata, 'Lihatlah hamba-hamba-Ku itu, mereka datang kepada-Ku dalam keadaan kusut dan berdebu." [HR. Ahmad, Ibnu Hibbân, dan Al-Hâkim]

Diriwayatkan juga dari Jabir—Semoga Allah meridhainya—secara marfû`, "Tidak ada hari yang lebih utama di sisi Allah melainkan hati Arafah. Pada hari itu Allah turun ke langit dunia, dan Dia membanggakan penduduk bumi di hadapan penduduk langit seraya berkata, 'Lihatlah hamba-hamba-Ku itu, mereka datang kepada-Ku dalam keadaan kusut, berdebu, dan berpanas-panas di bawah terik matahari. Mereka datang kepada-Ku dari seluruh penjuru. Mereka mengharap rahmat-Ku dan tidak melihat siksa-Ku. Tidak ada hari yang Allah lebih banyak membebaskan hamba-hamba-Nya dari api neraka melainkan hari Arafah." [HR. Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibbân, Al-Bazzâr, Abu Ya`lâ, dan Al-Baihaqi]

Diriwayatkan dari Ibnu Umar—Semoga Allah meridhainya—sebuah hadits yang menceritakan tentang dua orang laki-laki yang datang kepada Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—, lantas bertanya kepada beliau mengenai urusan agama. Dan di antara jawaban beliau atas pertanyaan keduanya adalah, "Adapun wuquf di Arafah yang engkau lakukan, sesungguhnya pada hari itu Allah turun ke langit bumi, dan Dia membanggakan orang-orang yang sedang wuquf di Arafah di hadapan para malaikat-Nya seraya berkata, 'Mereka adalah hamba-hamba-Ku. Mereka datang dari seluruh penjuru dalam keadaan kusut dan berdebu. Mereka mengharap rahmat-Ku dan takut kepada siksa-Ku, padahal mereka tidak melihat-Ku, maka bagaimana kalau seandainya mereka melihat-Ku?' Andai kata engkau memiliki dosa sebanyak tumpukan pasir, atau sebanyak jumlah hari di dunia ini, atau sebanyak rintik hujan yang turun dari langit, niscaya Allah akan menghapusnya darimu." [HR. Abdurrazâq]

Diriwayatkan dari Anas—Semoga Allah meridhainya—ia berkata, "Saya duduk bersama Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—di masjid Al-Khaif. Lalu datang kepada beliau dua orang laki-laki; satu dari Anshar dan satu lagi dari Tsaqîf. Kemudian Anas bercerita panjang lebar dan di dalamnya menyebutkan sabda Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—yang berbunyi, "Adapun wukuf di Arafah yang engkau lakukan, sesungguhnya pada hari itu Allah turun ke langit bumi, dan Dia membanggakan orang-orang yang sedang wuquf di Arafah di hadapan para malaikat-Nya seraya berkata, 'Mereka adalah hamba-hamba-Ku. Mereka datang dalam keadaan kusut dan berdebu. Mereka mengharap rahmat dan ampunan-Ku. Andai kata kalian memiliki dosa sebanyak jumlah pasir, atau jumlah rintik hujan, atau jumlah riak di laut niscaya akan Aku ampuni. Bertolaklah kalian wahai hamba-hamba-Ku, kalian dan orang-orang yang kalian mintakan ampun akan Aku ampuni." [HR. Ibnu Abdil Barr]

Diriwayatkan juga dari Anas—Semoga Allah meridhainya—ia berkata, "Ketika Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—melakukan wuquf di Arafah, dan pada saat itu matahari hampir terbenam, beliau berkata kepada Bilal, 'Wahai Bilal perintahkanlah pada orang-orang untuk mendengarkanku.' Lalu Bilal bangkit dan menyeru pada orang-orang, 'Diamlah dan dengarkanlah Rasulullah!' Maka orang-orang pun diam untuk mendengarkan beliau. Lalu beliau bersabda, 'Wahai kalian semua tadi Jibril datang menemuiku. Dia menyampaikan salam kepadaku dari Rabbku, lalu berkata, 'Sesungguhnya Allah telah mengampuni orang-orang yang wuquf di Arafah dan orang-orang yang berada di ma`syar, dan dosa-dosa kezaliman yang mereka lakukan telah Allah tanggung.' Lalu Umar ibnu Al-Khaththâb bangkit dan bertanya, 'Wahai Rasulullah apakah yang demikian itu khusus untuk kita saja?' Beliau menjawab, 'Ini untuk kalian dan orang-orang yang datang setelah kalian sampai kelak hari kiamat.' Lantas Umar pun berkata, 'Kebaikan Allah sungguh berlimpah dan menyenangkan."

Imam An-Nawawi—Semoga Allah merahmatinya—dalam kitabnya Syarh Shahîh Muslim berkata, "Hadits tersebut dengan jelas menunjukkan keutamaan hari Arafah, dan memang demikian halnya." Lebih lanjut Imam An-Nawawi—Semoga Allah merahmatinya—menjelaskan kesesuaian antara hadits-hadits yang menunjukkan keutamaan hari Arafah dan hadits-hadits yang menunjukkan keutamaan hari Jumat seperti hadits, "Sebaik-baik hari yang pada hari itu matahari terbit adalah hari jumat," [HR. Muslim], bahwa hadits-hadits yang menunjukkan keutamaan hari Arafat maksudnya adalah keutamaannya dibanding hari-hari lain dalam setahun, sedangkan hadits-hadits yang menunjukkan keutamaan hari Jumat maksudnya adalah keutamaannya dibanding hari-hari lain dalam seminggu.

Diriwayatkan dari Sâlim Ibnu Abdullah Ibnu Umar, ia melihat seorang yang meminta-minta pada hari Arafah, lantas ia berkata kepadanya, "Wahai orang lemah, di hari ini masih saja engkau meminta kepada selain Allah!"

Pada suatu ketika di hari Arafah Umar Ibnu Abdul Aziz berkhutbah. Dalam khutbahnya itu ia berkata, "Sesungguhnya kalian telah datang ke sini dari tempat yang dekat dan jauh. Kalian telah membuat lelah kendaraan tunggangan kalian. Kalian juga telah membuat lusuh pakaian kalian. Pada hari ini orang yang menang bukanlah orang yang kendaraan tunggangannya dapat melaju terdepan, melainkan orang yang diampuni dosanya." Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.


Artikel Terkait