Islam Web

  1. Fatwa
  2. ADAB DZIKIR DAN DOA
  3. Akhlak Muslim Ideal
  4. Mensucikan jiwa
Cari Fatwa

Sabar Menghadapi Musibah Kematian Anak adalah Penyebab Masuk Surga

Pertanyaan

Seorang lelaki ditinggal mati oleh dua anak laki-lakinya dalam sebuah kecelakaan (umur mereka 4 dan 13 tahun). Anaknya yang lain menderita luka parah.
Ia bertanya, apakah ini adalah hukuman Allah terhadap dirinya lantaran dosa-dosa yang pernah ia perbuat? Ia meminta nasihat dari Anda tentang hal ini.

Jawaban

Segala puji bagi Allah, dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah beserta keluarga dan para shahabat beliau.
Kami berdoa semoga Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—memberi lelaki tersebut pahala atas musibah yang menimpanya, memberinya ganti yang lebih baik, mengilhamkan kepadanya kesabaran, serta melipatgandakan pahala dan ganjarannya.
Kami juga ingin menghiburnya dengan kabar gembira tentang janji Allah untuk orang yang diuji-Nya lalu bersabar, sebagaimana dicantumkan dalam firman-Nya di dalam Kitab Suci-Nya dan disabdakan oleh Rasul-Nya—Shallallâhu `alaihi wasallam.
Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya):
• "Dan, sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, serta kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang bersabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: 'Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji'ûn (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali)'." [QS. Al-Baqarah: 155-156];
• "Kalian sungguh-sungguh akan diuji pada harta dan diri kalian. Dan (juga) kalian sungguh-sungguh akan mendengar, dari orang-orang Ahlul Kitab sebelum kalian dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak lagi menyakitkan hati. Jika kalian bersabar dan bertaqwa, maka sungguh yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan'." [QS. Âli `Imrân: 186]
Sebuah hadits shahîh diriwayatkan dari Abû Hurairah—Semoga Allah meridhainya, bahwa Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—pernah bersabda, "Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): 'Tidak ada ganjaran yang disediakan bagi hamba-Ku apabila aku wafatkan orang yang sangat dikasihinya di dunia ini, lalu ia bersabar (dan mengharap ridha Allah) atas hal itu, selain Surga." [HR. Al-Bukhâri]
Khusus tentang meninggalnya anak, terdapat banyak hadits yang membicarakannya, di antaranya adalah sebuah hadits dalam Shahîh Al-Bukhâri dan Shahîh Muslim yang diriwayatkan dari Abû Hurairah—Semoga Allah meridhainya, bahwa Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Tidak akan disentuh Neraka seseorang yang meninggal dunia tiga orang anaknya selain sekadar (lewat untuk) pemenuhan ketetapan." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]. Janji yang dimaksud adalah firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—(yang artinya): "Dan tidak ada seorang pun dari kalian melainkan akan melewati Neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam Neraka dalam keadaan berlutut." [QS. Maryam: 71-72]
Masih dalam kitab Shahîh Al-Bukhâri dan Shahîh Muslim, diriwayatkan sebuah hadits dari Abû Sa`îd Al-Khudri—Semoga Allah meridhainya—tentang kisah nasihat Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—kepada kaum perempuan. Beliau bersabda kepada mereka, "Tidak seorang wanita pun di antara kalian yang meninggal dunia tiga orang anaknya melainkan anak-anaknya itu akan menjadi hijab pemisah antara dirinya dengan api Nereka." Lalu seorang perempuan bertanya, "(Bagaimana dengan yang meninggal) dua orang anak-(nya saja), wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Demikian juga (yang meninggal) dua orang anak-(nya saja)." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]
Karena itu, kami menasihati sang ayah untuk mengucapkan "Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râjiûn", bersabar dan memuji Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ, serta mengharapkan pahala dan ganjaran dari sisi-Nya. Berhati-hatilah agar jangan sampai Syetan berhasil menggodanya untuk merasa kesal, marah, dan membenci takdir Allah, karena hal itu akan menghilangkan kesempatannya untuk mendapatkan pahala, sehingga justru akan berkumpullah pada dirinya dua musibah: kehilangan orang-orang yang dicintai, serta kehilangan pahala yang besar.
Sang ayah ini harus mengetahui bahwa musibah yang menimpanya itu adalah takdir Allah yang tidak mungkin dihindari. Semua itu telah tercatat sejak zaman lampau (sebelum penciptaan alam semesta), sebagaimana diingatkan dalam firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—(yang artinya): "Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada diri kalian melainkan telah tertulis di dalam catatan (Al-Lauhul Mahfûzh) sebelum Kami menciptakannya. Sungguh yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." [QS. Al-Hadîd: 22]
Kami juga berharap semoga musibah yang dialami lelaki ini akan meninggikan derajatnya di sisi Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—dan menjadi penghapus bagi dosa-dosanya. Sebuah hadits diriwayatkan dari Ibnu Mas`ûd—Semoga Allah meridhainya, bahwa Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Tidak ada seorang muslim pun yang ditimpa musibah, mulai dari tergores duri hingga yang lebih daripada itu, melainkan Allah menggugurkan dosa-dosanya karena musibah itu seperti bergugurannya daun-daun pohon." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]
Hadits lain diriwayatkan dari `Âisyah—Semoga Allah meridhainya, bahwa Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Tidak ada seorang musilm pun yang tergores oleh duri atau (musibah) yang lebih daripada itu melainkan dicatat baginya (kenaikan) satu derajat dan dihapus darinya satu dosa." [HR. Muslim]
Wallâhu a`lam.

Fatwa Terkait

Cari Fatwa

Anda dapat mencari fatwa melalui banyak pilihan

Today's most read